Zulfiadi mengatakan uji coba yang dilakukannya tersebut menunjukkan hasil pengolahan yang cukup cepat dengan power terhadap berat yang relatif kecil.
Sebagai perbandingan, kata Zulfiadi, proses produksi tingkat pabrik saat ini membutuhkan waktu lebih dari 6 jam untuk menghasilkan logam.
Baca Juga:
Nadim Makarim Cabut Gelar Profesor Terhadap Taruna Ikrar
Ia kemudian melanjutkan percobaan menggunakan bijih nikel saprolit untuk menghasilkan feronikel. Dalam waktu 1,5 menit, dihasilkan feronikel dengan kandungan >20 persen dan angka recovery mendekati 100 persen.
Percobaan terbaru adalah mencoba mencampurkan bijih nikel dan kromit untuk menghasilkan baja tahan karat.
Dalam skala pabrik, proses produksi baja tahan karat membutuhkan waktu sangat panjang dan menggunakan berbagai alat.
Baca Juga:
Kompeten di Bidang Ilmu Pemerintahan, Rektor IPDN Resmi Dikukuhkan Sebagai Profesor
Zulfiadi mencoba mencampur 30 persen - 35 persen bijih kromit dengan bijih nikel menggunakan 1 alat dan berhasil menghasilkan baja tahan karat/stainless steel. Ia berharap percobaan ini dapat dikembangkan ke skala pabrik.
Sebagai penutup, Zulfiadi memproyeksikan cita-cita pengolahan logam di masa depan agar ada mesin yang memanfaatkan artificial intelligence. Mesin tersebut dapat menghasilkan berbagai jenis logam sesuai bahan yang dimasukkan oleh penggunanya.
"Reaktor plasma hidrogen menggunakan green hydrogen dan sumber listrik EBT merupakan alternatif produksi logam yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Mari kita realisasikan pengolahan logam yang greener, cleaner, faster, smarter bersama," katanya.