Apabila ditinjau dari angka rata-rata konsentrasi limbah obat-obatan yang terakumulasi dilihat dari data University of York, limbah di Sungai Citarum berada di bawah tingkat keparahan sungai di Lahore, Pakistan.
Sungai Citarum mencapai 5460 ng/L, sedangkan Sungai Ravi di Lahore adalah yang terparah dengan 70.700 ng/L.
Baca Juga:
Tanggul Sungai Citarum Bekasi Jebol Setelah 1 Tahun Dibangun
Sampel dari 104 negara
Adapun riset dari itu telah meneliti sampel dari 1.052 lokasi di 104 negara. Hasilnya, sekitar 25 persen dari 258 sungai yang sampelnya diteliti mengandung zat aktif obat-obatan pada tingkatan yang diyakini tidak aman bagi organisme perairan.
"Biasanya, yang terjadi adalah kita mengonsumsi zat kimia ini. Zat tersebut menghasilkan efek yang diinginkan kemudian meninggalkan tubuh kita," ungkap ketua tim penelitian, Dr John Wilkinson dilansir dari BBC, Selasa (15/2/2022).
"Apa yang kami ketahui kini adalah tempat pengolahan limbah air paling modern dan efisien sekalipun tidak sepenuhnya mampu mengurai zat-zat ini sebelum dibuang ke sungai atau danau," lanjutnya.
Baca Juga:
Hari Sungai Nasional, Yuk Jaga Sungai dan Hemat Air!
Dia menuturkan, bahwa obat yang paling banyak ditemukan di lokasi pengambilan sampel di antaranya carbamazepine yang biasa digunakan sebagai obat epilepsi, serta metformin yang dipakai sebagai obat diabetes.
Tiga zat lainnya yang paling banyak didapati adalah kafein, nikotin, dan paracetamol.
"Kami dapat mengatakan (dampak keberadaan limbah farmaseutikal di sungai) kemungkinan besar negatif. Tapi harus dilakukan tes masing-masing zat dan saat ini kajian seperti itu relatif sedikit," jelas Dr Veronica Edmonds-Brown, ahli ekologi perairan dari University of Hertfordshire, Inggris.