Dengan memasukkan data dari 134 sampel yang mengandung banyak karbon dan sumbernya sudah diketahui, algoritma pembelajaran mesin dapat membedakan antara produk kehidupan yang ada saat ini dengan benda-benda dari masa lalu seperti cangkang, gigi, tulang, batu bara, dan ambar.
Algoritma juga dapat membedakan senyawa organik yang berasal dari proses abiotik, seperti asam amino yang diciptakan di laboratorium. Tingkat akurasi yang dicapai mencapai 90 persen.
Baca Juga:
Baru-baru Ini Jasad Alien Betina Muncul di Meksiko, Ilmuwan Angkat Suara
Sistem kecerdasan buatan ini sebagian besar berfungsi sebagai model kotak hitam, yang berarti kita hanya melihat bagaimana inputnya diterjemahkan menjadi outputnya tanpa memahami sepenuhnya proses internal yang terjadi di dalamnya.
Ini mengakibatkan ketidakpastian bagi peneliti terkait dengan cara sistem tersebut memberikan jawaban. Namun, peneliti menyatakan bahwa temuan ini memberikan bukti penting bahwa kimia kehidupan memiliki prinsip-prinsip dasar yang berbeda dari kimia non-kehidupan.
Jim Cleaves, penulis utama studi ini yang merupakan ahli kimia di Carnegie Institution for Science, menyatakan bahwa penelitian ini memiliki tiga implikasi utama.
Baca Juga:
Profesor Avi Loeb dari Harvard Janji Bakal Ungkap Jejak Alien Bulan Depan
Pertama, pada tingkat tertentu, biokimia berbeda dari kimia organik yang berasal dari proses non-kehidupan. Kedua, ilmuwan dapat menggunakan metode ini untuk memeriksa sampel dari Mars dan fosil-fosil purba di Bumi untuk menentukan apakah mereka pernah mengandung kehidupan.
Dan ketiga, metode baru ini dapat membantu dalam membedakan biosfer alternatif di Bumi, yang memiliki dampak penting bagi misi astrobiologi di masa depan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.