WahanaNews.co | Indonesia bangga lagi! Lewat bidang sains, nama Sang
Merah Putih kembali diharumkan.
Pertengahan
November
2020,
Universitas Stanford, Amerika Serikat (AS), merilis data yang menghimpun dan menjabarkan daftar
2 persen ilmuwan yang karyanya paling populer dan sering dikutip dari berbagai
disiplin ilmu di seluruh dunia. Daftar tersebut dapat diakses melalui situsResearch Gate.
Baca Juga:
ALPERKLINAS: SLO Listrik, Benteng Terakhir Keselamatan Ketenagalistrikan
Dari 1,5 juta nama ilmuwan, nama Oki Muraza sebagai ilmuwan
teknik kimia berkebangsaan Indonesia masuk sebagai salah satu dari ilmuwan yang
paling berpengaruh di dunia dalam bidang konversi minyak bumi menjadi bahan
bakar minyak (BBM) dan petrokimia!
Bagaimanakah kiprahnya hingga mendapatkan rekognisi tersebut?
Baca Juga:
Indonesia Siap Ekspor Bahan Baku Baterai Mobil Tesla Mulai Januari 2025
Kesibukan Oki Muraza Saat Ini
Sejak 2016 hingga saat ini, Oki Muraza terdaftar sebagai
profesor muda (associate
professor) muda di King Fahd University of Petroleum and Minerals
(KFUPM), Dhahran, Arab Saudi.
Selain itu, dari 2017, Muraza pun bekerja juga sebagaiassociate editoruntuk
jurnalFrontiersuntuk
bidang bioenergi dan bahan bakar hayati (biofuel).
Melansir data laman resmi Ristekdikti,ristekdikti.go.id,
Muraza dikenal sebagai salah satu ilmuwan paling prolifik di KFUPM dengan
merilis 20 makalah ISI tiap tahun!
Sejak 2009, penelitian Muraza telah dikutip hingga lebih dari
3.000 kali, menurutGoogle
Scholar.
Ilmuwan
berusia 48 tahun ini tengah menjalin kerja sama dengan perusahaan petrokimia
terkemuka di Arab Saudi, yaitu Saudi Aramco dan SABIC.
Bersama perusahaan petrokimia tersebut, Muraza tengah
mengembangkan katalis untuk mengubah gas bumi menjadi produk petrokimia.
Salah satunya karya kolaborasi tersebut adalah katalis untuk
membuatolefins(bahan
baku polimer di industri petrokimia) dari senyawa metanol. Agar tidak tercuri,
Muraza mengaku telah mendaftarkan penemuannya keUnited States Patent and Trademark Office(USPTO).
Kantungi Dana Hibah Penelitian Hampir Rp 85 Miliar
Ristekdikti memaparkan bahwa sebagaiprincipal investigator, ilmuwan kelahiran Minangkabau
ini berhasil mengantungi dana hibah sebesar 6,1 dolar AS (Rp 84.7 milyar) dari berbagai institusi dan lembaga,
salah satunya adalahKing
Abdulaziz City for Science and Technology(KACST), Riyadh,
Arab Saudi.
Selain itu, 4 proposal penelitiannya mengenai pemrosesan hilir
sumber daya hidrokarbon dan energi terbarukan menerima pujian dan rekomendasi
dariAmerican
Association for the Advancement of Science(AAAS) untuk
menggaet dana dari KACST.
Pada 1996-2001, Muraza mengenyam bangku kuliah di Institut
Teknologi Bandung (ITB) dengan jurusan Teknik Kimia.
Sempat magang dan mendapat beasiswa dariDOW Chemical, setelah
lulus, ia bekerja sebagaiProduction
Supervisordi kilang migas lepas pantai Repsol YPF Maxus
(sekarang adalah Pertamina Hulu Energi OSES) pada 2001-2002.
Ketika masih di Repsol, Muraza memutuskan melanjutkan jenjang
S-2 keTechnishe
Universiteit Delftdi Belanda pada 2002-2004 dengan Beasiswa
UNESCO SFP, TU Delft (2002-2004) dan Huygens (2003-2004), sambil magang di
Shell juga. Terakhir, pada 2004-2009, ia kembali mengejar gelar PhD-nya di
Negeri Kincir Angin melaluiTechnishe
Universiteit Eindhoven.
Melanglang Buana di Dunia Teknik Kimia dan Petrokimia
Pada 2004, Muraza menerimaNIOK(Dutch Institute for Catalyst Research)Awardsetelah
mencatatkan nilai tertinggi pada ujian NIOK (Catalysis, an Integrated Approach/CAIA pada Desember
2004).
Berbekal ilmunya dari Belanda, Ristekdikti mengungkapkan bahwa
Muraza sempat menjadi rekan peneliti di berbagai institusi sebelum bergabung
dengan KFUPM.
Pada 2007, Muraza menjadi peneliti tamu di ??bo Akademi,
Finlandia. Kemudian, ia sempat menjadiResearch Associatesaat meneliti katalis untuk
hidrokarbon bersamaUniversity of
MinnesotadiThe Petroleum Institute, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab
(UAE) pada 2009-2010.
Lalu, pada 2011 - 2012 Muraza menjadiVisiting Research FellowdiHokkaido University,
Jepang lewatJPI Research
Exchange Fellowship.
Beda dengan Indonesia yang menyumbang satu nama, India dan
Pakistan pun berhadap-hadapan setelah merilis beberapa nama yang ternyata masuk
ke dalam daftar dari Universitas Stanford tersebut.
Dari India dan Pakistan, masing-masing berhasil menyumbangkan 14
dan 81 nama ilmuwan yang berpengaruh di dunia!
Penulis buku Dari Delft, hingga Madinah: Mencari Ilmu, Memungut Berkah
yang terbit pada 2017 itu pun menyatakan optimismenya terhadap pengembangan
bidang teknik kimia, petrokimia, dan migas di Indonesia.
Mengutip keinginan Indonesia mengonversi batu bara menjadidimethyl ether(DME),
Muraza yakin Indonesia dapat segera mencapai "kemandirian energi" di
masa depan. [dhn]