WAHANANEWS.CO - BMKG mengingatkan masyarakat bahwa Indonesia tak lagi sepenuhnya aman dari siklon tropis meski berada di ekuator, terbukti dari kemunculan Siklon Tropis Senyar dan sejumlah siklon tropis lain dalam beberapa tahun terakhir, sehingga perlu kewaspadaan tinggi terhadap potensi cuaca ekstrem, kata Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani dalam konferensi pers daring, Rabu (26/11/2025).
Bibit Siklon Tropis 95B di Selat Malaka telah berubah menjadi Siklon Tropis Senyar pada Rabu (26/11/2025) dengan potensi mendarat di Aceh dalam 24 jam ke depan, dan Andri menyebut fenomena ini langka karena secara teori Indonesia seharusnya tidak dilintasi siklon tropis karena berada di wilayah ekuator, tetapi catatan lima tahun terakhir menunjukkan banyak siklon tropis mulai mendekat.
Baca Juga:
Bibit Siklon 97W dan 99W Menguat di Utara, BMKG Ingatkan Gelombang Tinggi di Sejumlah Wilayah Laut
Sebagai contoh, siklon Seroja pada 2021 masuk ke wilayah daratan, disusul siklon tropis Cempaka di selatan Yogyakarta dan Dahlia, sehingga meski jarang, kemunculan siklon tropis di wilayah Indonesia bukan hal mustahil.
Saat ini Siklon Senyar memiliki pusat di 5 derajat LU dan 98 derajat BT dengan tekanan minimum 998 hPa, kecepatan angin maksimum 43 knot atau sekitar 80 km/jam, dan bergerak ke arah barat menuju daratan Aceh dengan kecepatan sekitar 10 km/jam yang memicu pertumbuhan awan konvektif di sekitarnya.
Cuaca wilayah yang dilintasi siklon tropis ini akan terdampak signifikan, terutama Aceh dan Sumatra Utara yang berpotensi diguyur hujan lebat hingga ekstrem disertai angin kencang, sementara gelombang laut tinggi 2,5–4 meter dapat terjadi di Selat Malaka bagian utara, perairan Aceh, dan Samudera Hindia Barat Aceh hingga Nias, sedangkan gelombang sedang 1,25–2,5 meter terjadi di Selat Malaka bagian tengah, perairan Sumatra Utara, dan perairan Rokan Hilir.
Baca Juga:
Cuaca 16–19 Mei: Siklon Tropis 93P Aktif, Cuaca Ekstrem Intai Indonesia Timur
Siklon Tropis Senyar diperkirakan bergerak ke barat dan barat daya serta melemah secara bertahap, namun cuaca ekstrem tetap berpotensi terjadi sebagai dampak lanjutan sehingga bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor harus diwaspadai di Aceh, Sumatra Utara, Kepulauan Riau, Sumatra Barat dan sekitarnya dalam 2–3 hari ke depan.
Dampak yang ditimbulkan siklon tropis ini termasuk hujan lebat, angin kencang, banjir pesisir (rob), longsor, dan pohon tumbang di wilayah padat penduduk, dan Deputi BMKG Guswanto menegaskan, "Jika pusat siklon memasuki daratan, sifatnya siap merusak, curah hujan ekstrem dan angin kencang berpotensi banjir dan longsor pada wilayah yang dilintasi."
Dalam kondisi tertentu, BMKG dan BNPB menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengurangi curah hujan, namun metode ini tidak bisa diterapkan pada skala besar seperti siklon tropis karena ekskalasinya terlalu besar, pergerakannya cepat, dan risikonya tinggi, sehingga langkah yang dapat dilakukan adalah mitigasi dan persiapan, serta masyarakat harus mulai beradaptasi dengan era baru pola cuaca di Indonesia yang menghadirkan ancaman siklon tropis semakin tinggi.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]