WahanaNews.co | Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengonsumsi beras atau nasi untuk makanan sehari-hari.
Namun faktanya, ketergantungan masyarakat Indonesia pada beras bisa menimbulkan kerentanan terhadap ketahanan pangan kita. Coba bayangkan jika tingkat kebutuhan dan permintaan beras nggak seimbang dengan produktivitas, maka yang terjadi adalah persoalan pangan yang serius.
Baca Juga:
Harga Beras di Jepang Nyaris Tembus Rp100 Ribu, Stok Langka dan Panic Buying Meluas
Agar hal itu nggak terjadi, sudah sejak lama pemerintah menganjurkan kita mengombinasikan beras dengan bahan makanan lain yang mempunyai kandungan gizi sama dengan beras. Tapi, kita tahu sendiri anjuran itu masih sulit untuk dijalankan oleh banyak orang.
Beberapa riset telah dilakukan untuk membuat inovasi agar bahan karbohidrat lain bisa menggantikan beras. Salah satunya adalah membuat produk pangan dalam bentuk beras dari sumber karbohidrat nonpadi. Beras dari sumber karbohidrat lain ini disebut beras analog.
Menurut dosen Teknologi Hasil Pertanian Universitas Slamet Riyadi Yannie Asrie Widanti, beras analog adalah beras yang bahannya dari umbi-umbian dan biji-bijian seperti ubi, singkong, jagung, pisang, sukun, kedelai, bekatul, sorgum, dan lainnya.
Baca Juga:
Perum Bulog OKU Siapkan 50 Ton Beras SPHP untuk Operasi Pasar
Bentuk fisik beras analog mirip butiran beras padi. Ini berguna membantu psikologis masyarakat Indonesia agar tetap merasa seperti makan nasi dari beras padi. Beras analog juga padat gizi dan mudah dimasak.
Memang warnanya tak seputih beras padi. Namun, saat disimpan, beras analog lebih tahan lama dan tak mudah berkutu.