Hal itulah yang kemudian membuat mereka berupaya mengeksplorasi keberadaan Paspalum vaginatum untuk kepentingan lainnya. Diharapkan kemampuan yang ada di rumput pantai itu bisa diterapkan di tumbuh-tumbuhan lain agar bisa tetap berkembang meski berada di kondisi ekstrem misalnya kekeringan panjang.
Guangchao Sun, ilmuwan dari Universitas Nebraska bahkan telah mencoba melakukan eksperimen. Dia menguji ketahanan paspalum pantai dengan menanamnya bersama jagung selama beberapa minggu dalam berbagai kondisi. Termasuk membiarkan jagung dan rumput pantai tidak diberikan nitrogen atau fosfor.
Baca Juga:
Darmizal: Erick Thohir Berani Ubah Wajah PSSI
Hasilnya jagung justru tidak berkembang dengan baik sedangkan Paspalum vaginatum justru tetap hidup dengan kondisi prima. Dari situ Guangchao Sun mencoba memetakan genom yang ada di rumput pantai.
Hasilnya, rumput pantai bisa merespons kekurangan nutrisi dengan menggandakan produksi molekul gula yang disebut trehalosa. Temuan tersebut menunjukkan bahwa trehalosa memainkan peran sentral dalam ketahanan tanaman.
Saat ini keberadaan rumput pantai itu menurut Guangchao Sun telah terasa di Piala Dunia 2022 Qatar. Capaian itu justru sudah mereka mulai sejak 2019 ketika kick off Piala Dunia 2022 Qatar dimulai.
Baca Juga:
Ketum PSSI Ajak Tim Kerja Keras Meski Indonesia Naik Peringkat FIFA
Ke depannya, Guangchao Sun dan tim mencoba mengeksplorasi keberadaan rumput pantai itu bukan hanya untuk kebutuhan Piala Dunia 2022 Qatar saja. Menurutnya masih banyak hal lain yang bisa diberikan oleh rumput pantai itu.
"Ini adalah perjalanan yang masih panjang," ujarnya. [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.