Jet siluman yang disebut "Stealth++" ini diperkirakan mampu terbang di atas Mach 2 dengan radius tempur 1.000 mil laut.
Selain itu, F-47 akan bekerja berdampingan dengan drone otonom dalam skenario MUM-T (Man-Unmanned Teaming).
Baca Juga:
'Jaring Laba-Laba' Menembus Kutub Utara, Zelensky Hantam Jet Strategis Rusia
“Ini bukan sekadar jet tempur,” kata Kepala Staf AU AS Jenderal David Allvin. “Ini adalah sistem tempur strategis yang dirancang untuk mengalahkan ancaman paling kompleks di masa depan.”
Sementara itu, China mengembangkan jet J-36, raksasa udara dengan tiga mesin, jangkauan 1.500 mil laut, serta muatan senjata internal yang besar.
Laporan militer menyebutkan pesawat ini dirancang untuk menggagalkan operasi udara AS di Pasifik, termasuk menghadang pembom strategis seperti B-21 Raider sebelum mencapai targetnya.
Baca Juga:
Tak Mau Ketinggalan, Inggris Lirik Jet F-35A untuk Kuasai Langit dengan Bom Nuklir
Tak ketinggalan, Eropa juga memasuki persaingan lewat proyek GCAP Tempest, kolaborasi Inggris, Italia, dan Jepang.
Jet ini dirancang memiliki jangkauan lintas Atlantik tanpa pengisian bahan bakar dan daya angkut dua kali lipat F-35A. AI akan menjadi bagian integral dalam sistem pertempurannya, memungkinkan pengambilan keputusan cepat dalam situasi kompleks.
Namun, muncul pertanyaan etis dan strategis. Ketika AI mulai menentukan kapan harus menembak, siapa yang bertanggung jawab?