Lebih lanjut Prof Iswandi menuturkan pupuk utama itu adalah pupuk organik, sedangkan pupuk sintesis itu adalah pupuk tambahan. Pupuk organik dapat memperbaiki hampir semua sifat tanah (fisik, kimia, biologi tanah), mengandung semua unsur hama esensial 13/16, dapat dibuat sendiri oleh petani di lokasi dan mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia.
"Yang kurang dalam pupuk organik adalah NPK yang bisa ditambahkan sebagai pelengkap penting,” cetusnya.
Baca Juga:
Distan Mukomuko Pastikan Stok Pupuk Subsidi Aman untuk Musim Tanam
Rachmat dari Direktorat Serealia Kementan menjelaskan Biosaka berbahan alami yang diperoleh dari tanaman sehat sekitar.
Budi daya padi dan kedelai sudah menunjukan hasil yang sangat menjanjikan pada daya tahan tanaman terhadap stres serta peningkatan produktivitas lahan padi dan kedelai.
Ia menambahkan oemanfaatan biosaka sebagai bahan elicitor di Indonesia relatif masih baru dan masih perlu terus diuji dan dikembangkan dimasa depan di berbagai daerah dengan kondisi dan karakteristik lahan berbeda.
Baca Juga:
Realisasi Penyaluran Pupuk Subsidi di Bengkulu Capai 243,78 Ton
Salah satu pemanfaatan biosaka yang sangat potensial dan menjanjikan adalah dalam penanganan stress budidaya tanaman pada lahan dengan PH rendah dan salinitas tinggi.
“Barang ini (biosaka) hanya bisa dibuat sendiri, gratis, bahannya dari alam dan kita gunakan untuk alam. Jadi tidak diperjualbelikan dan tidak ada yang jual juga. Biosaka harapannya menjadi sebuah gerakan masal para petani bagaimana kita bisa menyelamatkan alam, kembali ke alam dan memanfaatkan bahan alami untuk kelestarian dan keberlanjutan," beber Rachmat.
Muhammad Anshar selaku penggagas Biosaka mengatakan produknya berasal dari rumput-rumputan, ilalang atau tanaman apapun yang ada disekitar lahan sawah ataupun tegalan asalkan dalam kondisi sehat. Proses pembuatan Biosaka harus secara manual (diremas) tidak dapat menggunakan alat seperti blender atau sejenisnya.