"Saat ini menjadi momentum untuk petani beralih ke produk-produk yang tersedia di alam, murah dan bisa dibuat sendiri seperti pupuk kompos, pupuk organik cair, kascing (bekas cacing), Biosaka, dan inovasi lainnya.
Tentunya ini harus dibuktikan dan ditindaklanjuti secara ilmiah, sehingga perlu dilakukan Demplot seperti yang sedang dilaksanakan di BBPOPT Jatisari Demplot Biosaka yang dikawal oleh para ahli dan akademisi," jelasnya.
Baca Juga:
Distan Mukomuko Pastikan Stok Pupuk Subsidi Aman untuk Musim Tanam
Ia membeberkan di daerah-daerah juga para petani, kelompok tani, penyuluh, apa salahnya untuk mencoba. Hal ini penting agar dapat melihat langsung dampak dan hasilnya bisa dibuktikan sendiri.
“Kita akan liat efektifitas dari penggunaan Biosaka nantinya masyarakat bisa menilai sendiri," tegasnya.
Sementara itu, Prof Robert Manurung dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (IPB) mengatakan Biosaka bukanlah pupuk, tetapi Elisitor.
Tanaman elisitor adalah suatu tanaman yang mengandung senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi dan akumulasi fitoaleksin, meningkatkan aktivasi dan ekspresi gen yang terkait dengan biosintesis metabolit sekunder.
Baca Juga:
Realisasi Penyaluran Pupuk Subsidi di Bengkulu Capai 243,78 Ton
"Elisitor dapat menginduksi resistensi tumbuhan. Elisitor intinya memberikan signal pada tanaman dan si tanaman tersebut melakukan reaksi ditubuhnya sehingga dia bisa memunculkan sel-sel hebat dan hormon-hormon yang bagus buat pertumbuhan,” ungkapnya.
Sementara itu, Prof Iswandi Anas, Guru Besar IPB menjelaskan tanaman dapat tumbuh sehat, kuat, produksi tinggi, vigor/kuat, tahan serangan hama penyakit hanya pada tanah yang sehat. Tanah yang sehat itu memiliki sifat kimia, fisik dan biologi yang baik dan tidak ada senyawa beracun.
"Kita masih harus sama-sama berjuang agar sistem pertanian berkelanjutan di Indonesia bisa terwujud. Pertanian yang berkelanjutan secara teknologi dapat dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan, secara sosial dapat diterima masyarakat dan tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan. Langkah yang harus dilakukan adalah gunakan pupuk organik dan hayati, kurangi takaran pupuk kimia/pestisida dengan bijak dan ecofarming,” terangnya.