Tapi gletser hanya bagian dari lapisan es Antartika Barat, yang menyimpan cukup es untuk menaikkan permukaan laut hingga 16 kaki, menurut laporan NASA.
Karena krisis iklim semakin cepat, wilayah ini diawasi dengan ketat karena pencairannya yang cepat dan kapasitasnya untuk merusak pantai secara luas.
Baca Juga:
Mengapa Air Laut Asin? Ini Penjelasannya
Gletser Thwaites sendiri telah mengkhawatirkan para ilmuwan selama beberapa dekade. Pada awal 1973, para peneliti mempertanyakan risiko tinggi runtuhnya glester itu.
Hampir satu dekade kemudian, mereka menemukan arus laut yang hangat dapat melelehkan gletser dari bawah, menyebabkannya tidak stabil dari bagian bawah karena gletser berada di dasar laut, bukan di daratan kering.
Pada abad ke-21, para peneliti mulai mendokumentasikan kemunduran cepat Thwaites dalam serangkaian studi yang mengkhawatirkan.
Baca Juga:
Dua Turis Hilang, Akses Berenang di 3 Pantai Nusa Penida Ditutup
Pada 2001, data satelit menunjukkan garis landasan surut sekitar 1 kilometer per tahun. Pada 2020, para ilmuwan menemukan bukti air hangat memang mengalir melintasi dasar gletser melelehkannya dari bawah.
Kemudian pada tahun 2021, sebuah penelitian menunjukkan Lapisan Es Thwaites, yang membantu menstabilkan gletser dan menahan es agar tidak mengalir bebas ke laut, dapat pecah dalam waktu lima tahun.
Penelitian terbaru yang dipublikasikan ini, yang menunjukkan Thwaites mampu surut dengan kecepatan jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan, didokumentasikan setelah misi 20 jam dalam kondisi ekstrem yang memetakan area bawah laut seukuran Houston.