Beberapa badai besar yang pernah tercatat dinilai masuk ke dalam kriteria Kategori 6 yang diusulkan tersebut, salah satunya Badai Tropis Wilma pada 2005 yang hingga kini tercatat sebagai badai tropis terkuat di Cekungan Atlantik.
Selain Wilma, Badai Tropis Haiyan dan Hagibis juga memenuhi kriteria Kategori 6, dengan Hagibis yang menghantam Tokyo pada 2019 dan menyebabkan kerusakan besar akibat hujan serta angin meski sempat melemah sebelum mencapai daratan.
Baca Juga:
Suhu Bumi Diprediksi Tembus 1,4 Derajat, Ancaman Krisis Iklim Kian Nyata
Contoh lain yang paling menonjol adalah Badai Patricia yang terbentuk di Samudra Pasifik di lepas pantai Meksiko, yang tercatat sebagai siklon tropis terkuat yang pernah diamati dengan kecepatan angin mencapai 185 knot.
“Patricia adalah raja dunia,” ujar Lin.
Untuk memahami seberapa sering badai ekstrem ini terjadi, Lin dan timnya meninjau catatan badai tropis besar selama 40 tahun terakhir dan menemukan bahwa badai dengan kecepatan angin di atas 160 knot kini semakin sering muncul.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Dapur Umum di GOR Pandan Tapteng, Prioritaskan BBM dan Pemulihan Listrik
Pada periode 1982 hingga 2011, tercatat delapan badai dengan intensitas tersebut, sementara pada periode 2013 hingga 2023 jumlahnya meningkat menjadi 10 badai.
Secara keseluruhan, sebanyak 18 badai yang memenuhi kriteria Kategori 6 telah terjadi dalam empat dekade terakhir, dengan lebih dari setengahnya terbentuk hanya dalam satu dekade terakhir.
Dalam paparannya di Pertemuan Tahunan AGU 2025, Lin juga menunjukkan bahwa hampir seluruh badai tropis Kategori 6 berkembang di wilayah titik panas laut tertentu.