Ilmuwan ozon terkemuka, Susan Solomon, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyatakan bahwa penelitian ini perlu dipahami dalam konteks beberapa tahun terakhir yang sangat tidak biasa.
Solomon telah memimpin penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa lubang ozon pada tahun 2020 menjadi 10 persen lebih lebar akibat kebakaran hutan besar di Australia.
Baca Juga:
BMKG Kalsel Intensifkan Edukasi Masyarakat Terkait Peningkatan Suhu Signifikan Lima Dekade Terakhir
Letusan besar gunung berapi Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai di Tonga pada tahun 2022 juga dianggap dapat mempengaruhi tingkat ozon belakangan ini.
Sementara itu, Martin Jucker, seorang ahli dari University of New South Wales Australia, meragukan hasil penelitian tersebut.
"Ini patut dipertanyakan, bagaimana mungkin para penulis dapat menghapus tahun 2002 dan 2019 dari catatan, tetapi tidak pada tahun 2020-22, mengingat semua tahun tersebut telah terbukti didominasi oleh peristiwa yang sangat istimewa dan langka," katanya.
Baca Juga:
Buka Indonesia International Sustainability Forum 2024, Presiden Jokowi Sampaikan Strategi Penanganan Perubahan Iklim
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.