WahanaNews.co | Pada masa orde lama memang dikenal sebagai salah satu masa yang bisa dibilang era kejataan kekuatan militer Indonesia sepanjang sejarahnya.
Bayangkan saja, di era 50-an hingga awal 60-an kekuatan militer Indonesia diperkuat oleh beragam alutsista unggulan dikelasnya, baik yang datang dari negara-negara blok timur maupun blok barat.
Baca Juga:
Kapuspen TNI Bantah Perwiranya Jadi Beking Tersangka Perundungan Anak SMA di Surabaya
Namun, kejayaan militer Indonesia di era tersebut kini tinggal kenangan pasca pergolakan politik di tahun 1965 yang membuat banyak alutsista TNI yang saat itu memang didominasi oleh buatan blok timur harus dipensiunkan.
Banyak alutsista mulai dari matra laut, udara dan darat yang turut terdampak dari rengganggnya hubungan Uni Soviet dan Indonesia pasca perubahan haluan politik di era orde baru.
Hal ini dikarenakan pihak Uni Soviet enggan mengirim suku cadang ke pihak Indonesia sebelum melakukan pelunasan sisa pembayaran alutsista.
Baca Juga:
Skandal Judi Online: 4.000 Prajurit TNI Kena Sanksi, Danpuspom Beri Peringatan Keras
Salah satu alutsista yang terdampak polemik ini adalah kendaraan tempur (ranpur) BTR-152 atau yang memiliki nama panjang Bronetransporter-152.
1. Namanya Jarang Diketahui
Ranpur BTR-152 memang cukup jarang diketahui pernah digunakan oleh TNI pada masa orde lama. Hal ini dikarenakan dibandingkan saudaranya yakni BTR-40 dan BTR-50, ranpur ini hanya sebentar berdinas dalam tubuh TNI.
Dilansir dari situs indomiliter, ranpur ini datang pada awal dekade 60-an guna mendukung kampanye operasi Trikora saat itu yang akan merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda.
Ranpur BTR-152 ini didatangkan pada masa tersebut bersamaan dengan berbagai alusista dari blok timur yang memang dikenal sangat mendukung kampanye Trikora di Irian Barat.
Namun, ranpur ini jarang diketahui namanya oleh khalayak umum karena memang jarang digunakan selain juga pensiun dini dari dinas TNI.
Pada saat itu divisi KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) atau yang kini menjadi Marinir merupakan pengguna ranpur ini.
2. Dibangun Berdasarkan Kendaraan Tempur Jerman
Ranpur BTR-152 terbilang memiliki desain yang cukup klasik khas dari era 1940-an hinggan 1950-an. Hal ini dikarenakan ranpur ini memakai desain yang sama dari kendaraan-kendaraan era perang dunia ke-2.
Dilansir dari situs tanks-encyclopedia, BTR-152 didesain dari ranpur Sd.Kfz.251 buatan Jerman dan kendaraan M3 half-track dari Amerika Serikat. Kendaraan ini mulai di uji coba tahun 1949 sebelum diproduksi massal di tahun 1950.
Kendaraan ini berfungsi sebagai kendaraan angkut personil (Armoured Personel Carrier) yang mampu membawa 18 orang penumpang dan 2 awak kendaraan. Kendaraan ini mampu mencapai kecepatan maksimal hingga 70 km/jam dan memiliki daya jelajah hingga 650 km.
Untuk sistem persenjataannya meliputi sepucuk senapan mesin kaliber 12.7 mm di bagian depan kendaraan dan sepucuk senapan mesin kaliber 7.62 mm di bagian belakang. Ranpur dini diketahui dioperasikan oleh banyak negara, khususnya negara-negara yang berhaluan blok timur.
3. Pensiun Karena Biaya Operasional Tinggi
Seperti yang telah dijelaskan di atas, pensiunnya ranpur BTR-152 dalam dinas militer Indonesia dipengaruhi oleh susahnya suku cadang pasca perubahan politik di tahun 1965.
Selain itu, beberapa pengamat menyebut ranpur ini kurang cocok digunakan dalam medan tropis seperti Indonesia dan memiliki biaya operasional yang cukup mahal dibandingkan ranpur-ranpur lainnya seperti BTR-50 dan BTR-40.
Oleh karena itu, ranpur BTR-152 yang dimiliki oleh KKO-AL saat itu diketahui pensiun pada menjelang akhir dekade 1960-an. Kini, beberapa unit ranpur tersebut masih tersimpan di beberapa museum di Indonesia.[ast/yoursay]