WahanaNews.co | Perang antara pihak Ukraina dan Rusia telah memasuki babak baru menjelang akhir tahun atau tepatnya kurang lebih sekitar 11 bulan peperangan berlangsung sejak Februari 2022 silam.
Sepanjang jalannya perang tersebut, beragam sistem persenjataan dan alutsista tentunya banyak yang diterjunkan di medan konflik Ukraina sejak beberapa bulan lalu.
Baca Juga:
Sarang Narkoba Kampung Bahari Digerebek Polisi, 31 Orang Ditangkap
Bahkan, tidak jarang pula beberapa persenjataan tua peninggalan era Uni Soviet maupun Perang dingin yang diaktifkan kembali dalam perang tersebut.
Salah satu sistem persenjataan yang diketahui digunakan kembali dalam perang Rusia-Ukraina adalah drone intai Tupolev TU-141 buatan Uni Soviet.
Drone yang sejatinya merupakan drone intai maupun drone pengawas ini dipergunakan kembali oleh angkatan bersenjata Ukraina dalam beberapa waktu yang lalu. Seperti apakah drone tersebut? Simak ulasan ringkasnya berikut ini.
Baca Juga:
Pantau Pergerakan Polisi, Bandar Narkoba di Kampung Bahari Pakai CCTV hingga Drone
1. Drone Intai Dari Akhir Masa Perang Dingin
Tupolev TU-141 sejatinya merupakan drone intai berukuran besar yang mulai memasuki layanan militer Uni Soviet pada periode 1979-1990an.
Drone yang berukuran cukup besar ini diproduksi oleh pabrikan Tupolev sebagai penersu drone sebelumnya yakni TU-123.
Setelah Uni Soviet bubar pada awal dekade 90-an, drone ini kemudian mulai dipensiunkan juga secara bertahap oleh pihak Rusia dan Ukraina yang merupakan salah satu pewaris Uni Soviet.
Akan tetapi, diyakini drone ini mulai kembali diaktifkan oleh militer Ukraina pada sekitar tahun 2014 sejak meletusnya konflik di Donbass.
Melansir dari situs berita The Avionist, drone ini tertangkap oleh pasukan separatis di Donbass yang diperangi oleh pihak Ukraina kala itu.
Drone tersebut diperkirakan merupakan sisa-sisa drone milik Ukraina yang diwariskan oleh Uni Soviet ketika saat keruntuhan negara komunis terbesar tersebut pada awal dekade 90-an.
2. Ditenagai oleh Mesin Jet
Ukurannya yang cukup besar membuat drone intai ini tentunya harus menggunakan mesin yang memiliki daya dorong yang cukup besar pula.
Dilansir dari wikipedia.com, drone TU-141 menggunakan mesin turbojet Tumansky KR-17A. Mesin tersebut mampu membuat drone dengan panjang sekitar 14 meter tersebut terbang dengan kecepatan 1.100 km/jam.
Drone ini juga memiliki daya jangkauan sekitr 700-1.000 km dan ketinggian pengoperasian sekitar 6.000 meter. Tentunya dengan kemampuan tersebut membuat drone ini dapat mencapai target yang lokasinya sangat jauh dari titik peluncuran.
Drone ini umumnya diluncurkan melalui sistem peluncur beroda yang dapat ditarik dengan kendaraan beroda. umumnya drone ini akan diluncurkan menggunakan sistem propulsi ketapel jet sederhana sebelum sistem mesin pendorong jet bawaannya menyala setelah beberapa meter diluncurkan
3. Dimodifikasi Menjadi Drone Kamikaze
Dilansir dari situs eurasiantimes.com, drone TU-141 sukses menghancurkan beberapa pesawat yang terparkir di pangkalan udara Udara Engels dan Dyagilevo di daerah Saratov, Rusia.
Drone ini disinyalir pula yang menjadi penyebab rusaknya beberapa unit pesawat pengebom seperti TU-95 dan TU-22M yang terparkir di pangkalan udara tersebut.
Drone yang memiliki kode dengan nama “Strizh/Swift” tersebut menyerang pangkalan udara Rusia tersebut jauh dari batas wilayah teritori antara Ukraina dan Rusia.
Beberapa pihak menyebutkan drone ini telah dimodifikasi dengan membawa beberapa hulu ledak yang dapat menghancurkan target dengan telak.
Hal tersebut sangat memungkinkan karena dimensi dari drone ini memang cukup besar dan dapat dimodifikasi menjadi drone intai-serang atau drone kamikaze.
Dikutip dari situs airspace-review.com, drone ini mampu membawa berbagai muatan yang tergolong besar seperti kamera thermal, radar pencitraan, kamera film dan beragam alat lainnya.
Muatan tersebut kemungkinan yang dimodifikasi dan diganti dengan hulu ledak oleh pihak Ukraina dan digunakan untuk menyerang target-target strategis di Rusia.
Tentunya hal tersebut menjadi momok baru bagi pihak Rusia dengan dibangkitkannya kembali drone tua yang ternyata cukup berbahaya tersebut. [ast]