Pada saat itu Indonesia mendatangkan 12 unit kapal Komar-Class yang nantinya akan ditugaskan untuk menenggelamkan kapal-kapal Angkatan laut Belanda yang notabene memiliki ukuran lebih besar.
Meskipun tidak sampai turun langsung ke medan laga pada saat Operasi Trikora, akan tetapi kapal-kapal Komar-Class ini tergolong berumur panjang. Bahkan, dilansir dari beberapa sumber, kapal-kapal ini baru dipensiunkan pada periode 1980-an. Namun, cukup disayangkan tidak ada satupun kapal yang dijadikan monumen di Indonesia.
Baca Juga:
Kapuspen TNI Bantah Perwiranya Jadi Beking Tersangka Perundungan Anak SMA di Surabaya
2. Dilengkapi Sistem Persenjataan Yang Menakutkan
Meskipun berukuran relatif sangat kecil dibandingkan kapal-kapal jenis lain. Namun, kapal cepat rudal Komar-Class ini tergolong memiliki sistem persenjataan yang cukup menakutkan.
Bahkan, kapal ini dapat menenggelamkan atau merusak kapal yang ukurannya jauh lebih besar daripada kapal Komar-class tersebut.
Baca Juga:
Skandal Judi Online: 4.000 Prajurit TNI Kena Sanksi, Danpuspom Beri Peringatan Keras
Sistem persenjataan utama kapal ini adalah sepasang peluncur rudal anti kapal (anti-ship missile) KT-67 yang masing-masing membawa sebuah rudal anti kapal P-15 ‘Termit’ atau yang dalam kode penamaan NATO dikenal dengan SS-N-2 ‘Styx’.
Rudal ini tergolong rudal anti-kapal kelas berat di zamannya. Dilansir dari wikipedia.com, rudal ini mampu mencapai kecepatan 0.95 mach dan memiliki jarak jangkauan sekitar 40-80 km. Hulu ledak rudal ini juga tergolong besar di zaman itu yakni seberat 454 kg.
Kapal ini ditenagai oleh mesin yang memiliki diesel berjenis M-50F yang memiliki tenaga sekitar 4.800 hp dan mampu membuat kapal yang memiliki panjang sekitar 25 meter ini melaju dengan kecepatan 44 knots atau 80 km/jam. Selain itu, kapal ini juga dipersenjatai dengan sepasang meriam kembar 2M-3M kaliber 25 mm dan sistem radar MR-331.