“Microsoft seharusnya berpihak pada pengguna, bukan mendaur ulang pop-up lama dengan pesan baru untuk merusak pilihan konsumen dan menghalangi browser pesaing,” kata perwakilan aliansi tersebut.
Hingga kini, Microsoft belum memberikan pernyataan resmi menanggapi kritik yang dilayangkan oleh kelompok pengembang browser tersebut.
Baca Juga:
Rp 370 Triliun dari Negeri Paman Sam: Indonesia Gaet Komitmen Lima Raksasa AS
Strategi Microsoft ini mengingatkan pada langkah serupa yang pernah dilakukan Apple melalui kampanye Safari yang menyoroti isu privasi, pelacakan digital, dan teknik fingerprinting.
Apple sebelumnya mengeluarkan peringatan kepada pengguna iPhone dan Mac agar tidak lagi menggunakan Chrome maupun aplikasi Google lainnya, serta mendorong penggunaan Safari yang diklaim lebih aman bagi data dan privasi pada Selasa (16/12/2025).
“Safari bekerja untuk mencegah pengiklan dan situs web menggunakan kombinasi unik karakteristik perangkat Anda untuk membuat ‘fingerprint’ guna melacak Anda,” kata Apple.
Baca Juga:
Program AI Microsoft Gaet Ratusan Ribu Peserta, Pemerintah Dorong Pelatihan Inklusif
“Untuk melawan praktik fingerprint, Safari menampilkan versi sederhana dari konfigurasi sistem sehingga lebih banyak perangkat terlihat identik bagi pelacak, sehingga lebih sulit bagi mereka untuk mengidentifikasi perangkat Anda,” lanjut Apple.
Apple juga menyoroti praktik pelacakan digital seperti fingerprinting yang disebut semakin sulit dikendalikan, terlebih setelah Google mencabut larangan terhadap metode pelacakan yang sulit dideteksi dan tidak bisa dinonaktifkan.
Fingerprinting bekerja dengan mengumpulkan potongan kecil data perangkat seperti jenis layar, bahasa, dan konfigurasi sistem operasi untuk membentuk identitas unik, berbeda dari cookies yang masih bisa dinonaktifkan pengguna.