Menurut Darvill, layout Stonehenge merepresentasikan setiap bulan dalam setahun dalam bentuk fisiknya.
Stonehenge telah membantu penduduk Wiltshire untuk mengetahui hari, minggu dan bulan saat itu.
Baca Juga:
RSCM Jakarta Catat Seejarah, Sukses Operasi Pasien Pakai Teknologi Robotik
"Setiap batu dari 30 batu yang ada di Stonehenge merepresentasikan setiap hari dalam sebulan, yang terbagi dalam 3 minggu, masing-masing 10 hari," jelas Darvill.
Profesor Darvill menyebut sistem kalender seperti di Stonehenge dipakai juga di beberapa kebudayaan lainnya di dunia yang berada dalam periode waktu yang sama.
"Kalender matahari seperti itu dikembangkan di Mediterania Timur pada abad ketiga sebelum Masehi dan diadopsi juga di Mesir sekitar 2.700 tahun sebelum Masehi. Kalender ini digunakan juga pada awal pendirian Kerajaan Lama sekitar 2.600 tahun sebelum Masehi," ujar Darvill.
Baca Juga:
Minim Arkeolog, BRIN Khawatir Peninggalan Kuno Indonesia Hilang
Darvill menduga konstruksi Stonehenge bisa jadi dipengaruhi oleh salah satu dari kebudayaan tersebut.
"Menemukan kalender matahari yang direpresentasikan dalam arsitektur Stonehenge membuka banyak sudut pandang dalam melihat monumen sebagai tempat untuk hidup. Sebuah tempat dimana upacara dan festival digelar untuk menghubungkan antara alam raya dan pergerakan jiwa-jiwa di surga," pungkasnya. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.