"Prinsip dasar dalam mitigasi konflik adalah keselamatan bagi manusia dan orangutan tapanuli. Mitigasi konflik dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghapus risiko kerugian dan korban yang mungkin terjadi pada kedua belah pihak," jelas Wanda.
Menurutnya, habitat orangutan tapanuli terbatas hanya di Hutan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, dengan luas lanskap 240–280 ribu hektare. Dari luasan itu, satwa ini hanya mendiami sekitar 138.435 hektare yang terpecah menjadi tiga blok habitat.
Baca Juga:
Sanggar Tari Sopo Daganak: Bukti Nyata Dukungan PTAR dalam Pengembangan SDM dan Pelestarian Budaya
Dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Orangutan 2019-2029 memperkirakan populasinya hanya 577-760 individu, menjadikannya salah satu kera besar paling langka di dunia.
Wanda juga menyoroti kecenderungan orangutan tapanuli yang menyukai tanaman budi daya masyarakat sehingga sering memicu konflik dengan warga sekitar.
Ia menegaskan, terwujudnya koeksistensi sangat bergantung pada kesadaran dan komitmen manusia yang tinggal berdampingan dengan satwa ini.
Baca Juga:
Tambang Emas Martabe dan Masyarakat Bersatu dalam Aksi Ecobrick: Sampah Jadi Berkah
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.