Akibatnya, gletser mencair dari atas dan bawah.
"Kami menyebutnya pelelehan basal, mencair dari dasar. Saat daerah yang lebih gelap di sekitar gletser membesar, maka gletser akan menyerap lebih banyak radiasi matahari, sehingga semakin hangat," jelas Dr Donaldi.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Lebih lanjut dia menjelaskan, tak hanya itu saja, tanah di mana gletser berada tidak datar, sehingga es dapat meluncur ke bawah lebih cepat.
Proses mencairnya es yang cepat tersebut terlihat dari data grafis penyusutan luasan wilayah gletser dari tahun 1850-2018, dari luas 19,3 kilometer persegi hingga 0,5 kilometer persegi.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa Gletser Keabadian di Puncak Jaya akan benar-benar menghilang pada tahun 2026, tetapi diprediksi puncak es Papua ini kemungkinan bisa punah atau menghilang pada tahun 2021 lalu.
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
Kondisi kian mencairnya gletser abadi di Puncak Jaya Papua ini menjadi petunjuk penting bagaimana perubahan iklim Bumi semakin dekat.
Donaldi menyampaikan bahwa perkembangan terkini dari puncak es Papua teramati ketebalannya berkurang dalam tahun 2020-2021.
Secara umum, pencairan es di dunia mulai tahun ~1850 saat awal revolusi Industri.