WAHANANEWS.CO, Jakarta - Masih banyak pengguna yang memperlakukan ChatGPT seolah-olah ia tahu segalanya. Tapi dalam kenyataannya, chatbot ini tak lebih dari alat bantu digital yang masih sering membuat kesalahan.
Bahkan CEO OpenAI, Sam Altman, mengaku cukup terkejut melihat tingginya kepercayaan publik terhadap ChatGPT.
Baca Juga:
Hadiri Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025 di Belgia, Dewan Pers Sebut AI Peluang Sekaligus Ancaman
“Orang-orang punya tingkat kepercayaan yang sangat tinggi terhadap ChatGPT, yang sebenarnya cukup mengejutkan, karena AI itu masih sering ‘berhalusinasi’,” ujar Altman dalam episode perdana podcast resmi OpenAI.
Dalam dunia AI, “halusinasi” merujuk pada keluaran informasi yang keliru, meski terdengar meyakinkan. Inilah yang menurut Altman perlu disikapi pengguna dengan hati-hati.
Ia menekankan pentingnya melakukan verifikasi terhadap informasi yang diberikan ChatGPT, terutama jika digunakan untuk hal-hal sensitif seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan, atau keuangan.
Baca Juga:
Pendiri Microsoft Bill Gates, di Depan Prabowo Bicara AI untuk Pendidikan dan Pertanian
“Teknologi ini belum benar-benar bisa diandalkan 100 persen. Kami harus jujur dan terbuka soal itu,” tegas Altman.
Altman menjelaskan bahwa ChatGPT hanya memprediksi kata berikutnya dalam sebuah kalimat, berdasarkan pola bahasa dari data pelatihan.
Artinya, AI ini tidak benar-benar memahami konteks, tapi hanya meniru pola bahasa yang sering muncul.
Meski hasilnya sering terdengar masuk akal, ia tetap menyarankan agar pengguna memperlakukan ChatGPT sebagai alat bantu, bukan sebagai sumber kebenaran mutlak.
“ChatGPT itu alat bantu, bukan pengganti akal sehat kita,” ujar Altman.
Altman juga menyentil soal rencana monetisasi di masa depan. Jika kelak muncul iklan atau layanan berbayar, ia menegaskan bahwa isi jawaban AI tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan bisnis.
“Kalau isi jawaban ChatGPT sampai dipengaruhi oleh siapa yang bayar lebih, itu akan menghancurkan kepercayaan pengguna,” tegas Altman.
Sebagai salah satu tokoh kunci dalam pengembangan AI global, Altman mengingatkan bahwa kepercayaan adalah aset terbesar dalam teknologi seperti ChatGPT. Maka, transparansi dan tanggung jawab jadi kunci utama keberlanjutan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]