WahanaNews.co | Keamanan siber jadi semakin menjadi isu penting di zaman ketika sebagian pengguna internet diberi kebebasan mengunggah apa saja lewat platform digital. Belum lagi bila berbicara aset digital yang dibangun sebagian besar bisnis yang juga membutuhkan pengamanan siber yang ketat.
Serangan siber motivasinya adalah jika tidak terkait finansial maka spionase industri. Jadi yang paling rentan adalah informasi keuangan, pelanggan atau data-data pribadi.
Baca Juga:
Polisi Ungkap 300.000 Data Dibeli Sindikat Kejahatan Siber dari Dark Web
Serangan yang paling mudah adalah melalui email yang mana isi surat elektronik itu terlihat asli seperti rekan kerja, kemudian ada arahan untuk melakukan klik melihat artikel yang sudah benar atau tidak. Padahal isinya berbeda sama sekali.
Memang isu keamanan digital terbilang penting bagi bisnis yang membangun aset digital seperti website maupun aplikasi mobile.
CEO Suryadhamma Investama, Eddy Yansen mengungkapkan, sebuah publikasi 2021 Cyber Security Statistics yang dirilis PurpleSec menyebut malware dan serangan ke website perusahaan sebagai dua jenis risiko keamanan yang membuat perusahaan di seluruh negara menghabiskan rata-rata 2,4 juta dolar Amerika Serikat untuk keamanan siber.
Baca Juga:
Pakar Keamanan Siber Ingatkan Pemerintah Soal Batas Waktu Pembentukan Komisi PDP
Seiring dengan meningkatkan serangan spyware dan percobaan pencurian data, banyak perusahaan yang kemudian mengembangkan kemampuan mendeteksi malware. Angkanya pun meningkat hingga hingga 79 persen sejak 2017.
“Isu keamanan siber menjadi penting dalam beberapa tahun belakangan, karena itu kami ikut mengembangkan diri dengan mulai berinvestasi di bidang cybersecurity. Kami berangkat dari pemahaman bahwa isu keamanan digital jadi sebuah bidang yang harus diperhatikan serius, apalagi klien kami juga banyak yang mengembangkan aset bisnisnya secara digital,” ujar Eddy.
Beberapa solusi keamanan siber yang disediakan, kata dia, meliputi hardware wallet untuk melindungi pemilik aset kripto, solusi untuk mengamankan password, dan solusi login yang lebih aman dan efektif tanpa menggunakan password.
Ketika mendirikan Suryadhamma pada awal dekade 2000-an, Eddy Yansen memulai langkahnya dengan membantu banyak klien membangun aset digital seperti website dan berbagai sistem pendukung kegiatan bisnis.
Namun seiring dengan penetrasi internet yang begitu kencang, Suryadhamma menyadari bahwa membangun aset digital saja tidak cukup.
"Yang lebih penting selanjutnya adalah mengamankan aset digital dari berbagai tindak kejahatan digital seperti pencurian informasi, pencurian aset digital, malware, spyware, dan serangan terhadap website perusahaan," kata dia.
“Kami optimistis bisa melayani klien yang membutuhkan sistem keamanan yang canggih dan efisien untuk mengamankan aset digital yang mereka miliki,” kata Eddy.[gab]