WahanaNews.co | Penerapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen dikhawatirkan dapat memicu penularan tinggi varian Omicron di Indonesia.
Epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman pun mewanti-wanti pemerintah untuk kembali memikirkan kebijakan tersebut.
Baca Juga:
Kadisdik: MPLS dan PTM Sekolah di Kota Bandung Berlangsung 100 Persen
Dicky mengatakan Covid-19 varian Omicron merupakan mutasi virus yang paling mudah menyebar dan berpotensi meningkatkan kapasitas penggunaan tempat tidur rumah sakit.
Menurutnya, pemerintah perlu memikirkan kembali kebijakan PTM 100 persen agar Covid-19 varian Omicron tidak menginfeksi di lingkungan pendidikan.
"Sulit ya dengan adanya Omicron, kita harus betul lihat dengan hati-hati karena ini bergantung pada kecepatan vaksinasi anak, dan bagaimana perkembangan karakter virus. Jadi menurut saya setidaknya di kuartal pertama 2022 ini belum bisa [PTM] 100 persen," kata Dicky, Kamis (4/1).
Baca Juga:
Pemkot Magelang Terapkan PTM 100 Persen, Jam Belajar Mulai Normal
Dia juga menyinggung perihal capaian vaksinasi Covid-19 pada anak usia 6-11 tahun yang masih rendah. Anak usia ini dikhawatirkan belum bisa menggunakan masker dengan benar dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Capaian vaksinasi anak usia 6-11 tahun menurut data Kemenkes hingga 31 Desember 2021 kurang dari 20 persen. Peserta didik SD yang sudah mendapatkan vaksin dosis pertama 186.307 anak, sementara divaksin dua kali sebanyak 4.084.994.
Masih ada sekitar 16.542.686 anak usia 6-11 tahun yang menjadi target sasaran vaksinasi dan belum mendapatkan vaksin Covid-19.