Demokrasi dan
terorisme, misalnya, tidak bisa dilihat seperti ketika kita beternak kambing.
Ia juga
berbeda dari mesin yang lebih predictable dan tidak banyak
berubah.
Baca Juga:
Telkom Ajak Generasi Muda Berinovasi Melalui Digitalisasi
Karena itu,
seperti dalam kasus terorisme, meski persoalan ekonomi masyarakat membaik, tak
serta-merta terorisme hilang.
Sebagaimana
terjadi di Eropa dan beberapa kasus bom bunuh diri di Indonesia, para pelaku
bukanlah orang miskin.
Ada faktor
lain yang menyebabkan terorisme, seperti perilaku polisi dan pejabat pemerintah
yang membuat mereka marah dan kemudian memilih jalan terorisme.
Baca Juga:
Mahasiswa Diminta Ciptakan Inovasi dan Lapangan Kerja dalam Sektor Pertanian Modern
Demikian juga
dengan proses demokrasi di Indonesia.
Ia bisa
banyak dipengaruhi oleh oligarki dan populisme.
Jika
paradigma yang dipakai dalam melihat fenomena sosial kemanusiaan itu sama
dengan kacamata dalam melihat mesin, kita akan kehilangan dimensi manusia itu
sendiri.