WAHANANEWS.CO, Jakarta - Industri taksi otomatis tanpa sopir atau robotaxi kini melesat ke fase baru yang lebih agresif, dan Asia Tenggara tampaknya bakal jadi arena berikutnya bagi revolusi kendaraan otonom tersebut.
Setelah berkembang pesat di Amerika Serikat (AS) dan China, fenomena robotaxi mulai menembus batas regional, bahkan disebut-sebut bisa segera masuk ke Indonesia meski belum ada regulasi maupun pembahasan resmi di Tanah Air.
Baca Juga:
Uji Coba Taksi Otonom Robotaxi Tesla Diizinkan di Arizona
Pada Kamis (23/10/2025), perusahaan kendaraan otonom asal AS, May Mobility, resmi mengumumkan telah menerima investasi besar dari raksasa transportasi daring berbasis Singapura, Grab.
Langkah ini menandai keseriusan kedua perusahaan untuk memperluas jaringan robotaxi di kawasan Asia Tenggara mulai tahun depan.
Nantinya, teknologi mobil tanpa sopir milik May Mobility akan diintegrasikan langsung dengan sistem manajemen angkutan online Grab.
Baca Juga:
Polemik Perwakilan Grab yang Bertemu Wapres Palsu: Grab Pastikan Asli
Artinya, pengguna Grab akan segera melihat opsi layanan robotaxi di dalam aplikasi tanpa kehadiran sopir manusia, yang secara tidak langsung menambah kekhawatiran akan berkurangnya lapangan kerja bagi pengemudi online.
Kesepakatan ini menjadi babak baru ekspansi global bagi May Mobility setelah sebelumnya menggandeng platform lain seperti Lyft dan Uber di Amerika Serikat.
Dalam kerja sama dengan Grab, perusahaan asal Michigan itu juga menyiapkan rencana pemetaan digital jalanan Asia Tenggara dengan memanfaatkan teknologi GrabMaps.
Dikutip dari Reuters pada Jumat (24/10/2025), kemitraan May Mobility dan Grab tidak hanya sekadar investasi, tetapi juga membentuk cetak biru (blueprint) tentang bagaimana robotaxi dapat dioperasikan di dalam platform transportasi daring yang sudah mapan.
Grab sendiri dikenal sebagai salah satu pemain terbesar dalam industri transportasi daring di Indonesia, bersama dengan Gojek. Namun, belum ada kepastian apakah proyek kerja sama dengan May Mobility itu akan membawa robotaxi beroperasi di Indonesia dalam waktu dekat.
Pihak May Mobility menolak memberikan rincian lebih lanjut terkait nilai investasi maupun lokasi peluncuran pertama robotaxi di Asia Tenggara, meski sinyal kuat mengarah pada Singapura sebagai basis uji coba awal.
Sebelumnya, May Mobility sudah lebih dulu menjalin kemitraan strategis dengan Lyft untuk meluncurkan armada taksi otomatis di Atlanta.
Tidak berhenti di situ, teknologi yang dikembangkan perusahaan ini juga dikabarkan akan segera tersedia di aplikasi Uber untuk memperluas jaringan layanan robotaxi di berbagai wilayah Amerika Serikat.
Perusahaan yang berbasis di Ann Arbor, Michigan, ini telah menggelar layanan komersial tanpa sopir manusia sejak awal tahun 2025.
Dalam ekspansi ke Asia Tenggara, mereka akan memanfaatkan kecanggihan teknologi pemetaan dari Grab, yaitu GrabMaps, yang dibekali kecerdasan buatan (AI) untuk memproses data jalan raya di berbagai kota secara real-time dan menghasilkan peta hiperlokal yang akurat.
Sebelumnya pada September 2025, Grab juga telah dipilih oleh otoritas Singapura untuk mengoperasikan layanan shuttle otomatis di sejumlah area perkotaan.
Proyek ini dijalankan bersama perusahaan robotaxi asal China, WeRide, dan dijadwalkan mulai beroperasi pada awal tahun depan.
Kolaborasi Grab dengan dua raksasa teknologi mobil otonom—May Mobility dari AS dan WeRide dari China—menunjukkan ambisi besar Singapura dalam memimpin ekosistem kendaraan tanpa sopir di Asia Tenggara.
Jika Indonesia tak segera menyiapkan regulasi dan infrastruktur pendukung, bukan tidak mungkin negeri ini hanya menjadi penonton dalam babak baru revolusi transportasi tersebut.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]