WahanaNews.co, Jakarta - Ancaman online terdeteksi terus menurun di Indonesia sejak era pandemi meski rekayasa sosial (social engineering alias soceng) tetap harus diwaspadai.
Berdasarkan data perusahaan keamanan siber asal Rusia, Kaspersky, hampir 30 juta ancaman online menargetkan pengguna di Indonesia selama setahun penuh di 2023.
Baca Juga:
Basuki: Penundaan Kenaikan Tarif Tol Akibat Pandemi, Tak Selalu Salah Pemerintah
"Negara ini memiliki jumlah deteksi terendah sejak era pandemi muncul pada tahun 2020," kata Kaspersky dalam siaran persnya, melansir CNN Indonesia, Senin (5/2/2024).
Rinciannya, 29.426.930 deteksi ancaman online diblokir oleh solusi perusahaan keamanan siber selama periode Januari hingga Desember 2023. Jumlah tersebut menurun 28,30 persen dibandingkan 41.039.452 deteksi pada periode yang sama di 2022.
Secara keseluruhan, 31,4 persen pengguna diserang oleh ancaman yang ditularkan melalui web selama periode Januari hingga Desember pada tahun 2023.
Baca Juga:
Sri Mulyani Sampaikan Perkembangan Perekonomian Indonesia 10 Tahun Terakhir
"Hal ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke-86 di dunia dalam hal bahaya yang terkait dengan penjelajahan web," lanjut perusahaan.
Sementara, mayoritas serangan siber yang menargetkan pengguna online di Indonesia terjadi pada 2021, tahun kedua pandemi global.
Hal ini, kata perusahaan, kemungkinan besar terjadi karena peralihan ke sistem kerja jarak jauh yang banyak diterapkan oleh perusahaan dalam negeri sehingga menimbulkan banyak tantangan keamanan.