WahanaNews.co | Sejauh apa sebetulnya teknologi AI bisa mengorek informasi personal dan privasi penggunanya?
Perkembangan penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) chatbot mencuatkan isu keamanan data pribadi dan lain-lain.
Baca Juga:
OpenAI Rilis GPT-4o Gratis: AI Terbaru dengan Performa Cepat dan Humanis
Melansir dari CNNIndonesia, Rabu (26/4/2023) mengutip dari Engadget, AI chatbot dalam teknologi sebetulnya bukan barang baru. Namun pembuatan ChatGPT oleh OpenAI dan Bard oleh Google melesatkan penggunaan teknologi tersebut.
Pasalnya, AI seperti di ChatGPT mampu membantu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi pengguna, mulai dari merancang kode untuk perangkat lunak, menulis puisi dan esai dll.
Namun di balik hal positif tersebut, AI juga memunculkan kekhawatiran seputar misinformasi, disinformasi, plagiarisme, dan malware hasil rekayasa mesin.
Baca Juga:
3 Pekerjaan Paling Kebal AI, Diungkap Pendiri Microsoft
AI chatbot seperti ChatGPT sebetulnya dilatih lewat jumlah data yang luar biasa agar dapat mereplikasi interaksi mirip manusia. Data-data dalam jumlah signifikan itu mayoritas diturunkan dari repositori seperti Common Crawl.
Seperti namanya, Common Crawl telah mengumpulkan data bertahun-tahun dengan ukuran petabyte hanya dengan meraup dan menghimpun situs terbuka. "Model-model seperti ini dilatih dengan sebuah set data yang besar dan tersedia di internet secara umum," kata Megha Srivastava, Mahasiswa PhD dari Departemen Ilmu Komputer Stanford.
Pada ChatGPT dan Bard, kedua AI itu diklaim menggunakan porsi yang 'terfilter' dari data di Common Crawl. Namun demikian, mengingat besarnya data tersebut "tidak mungkin bagi siapa pun untuk melihat data dan membersihkannya," kata Srivastava.