Faktor kedua yang harus dihadapi tim pada Minggu adalah cuaca panas terik di Pulau Lombok sepanjang pagi hingga tengah hari. Ini menyebabkan pertumbuhan awan konvektif lokal yang sangat aktif dan besar selepas tengah hari.
Situasi ini berbeda dengan dua hari sebelumnya di mana awan hujan bisa dibidik saat berarak dari arah laut di selatan Mandalika. Dalam istilah Budi, "Diinjeksi bahan semai sehingga mempercepat proses terjadinya hujan sebelum sampai di sirkuit."
Baca Juga:
UMKM Binaan Pertamina Jadi Daya Tarik Wisatawan di Pertamina Grand Prix of Indonesia 2024
Pertumbuhan awan konvektif lokal selepas tengah hari diperparah dengan situasi lalu lintas penerbangan yang lebih ramai di utara Mandalika plus adanya notifikasi tak boleh terbang (notices to airmen) karena kedatangan pesawat RI 1.
Inilah faktor ketiga yang menghadang tim modifikasi cuaca BRIN. Sorti ketiga penyemaian awan baru bisa terbang pukul 14 waktu setempat atau satu jam sebelum jadwal start MotoGP.
"Kami kehilangan momen. Saat itu sudah mendung. Pesawat kami terbang dan jatuhkan hujan di atas Mataram, 30-an kilometer di utara Mandalika," katanya sambil menambahkan, "Hujan mulai gerimis di Mandalika pukul 14.30 dan akhirnya lebat."
Baca Juga:
DAMRI Dukung Gelaran Pertamina Grand Prix Of Indonesia 2024 di Mandalika
Menurut Budi, hujan yang terjadi di Sirkuit Mandalika itu sebenarnya hanya pinggiran dari konsentrasi awan hujan yang berhasil disemainya.
Dia mengatakan, hujan dengan intensitas tinggi berhasil dijatuhkan lebih di utara--yang tanpa penyemaian disebutkan bisa saja jatuh di atas sirkuit.
"Mandalika sedikit saja kena, tapi memang targetnya tidak terjadi hujan sama sekali," kata Budi lagi.
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.