WahanaNews.co | Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatera Barat Yusri memaparkan teknik pencurian data atau skimming ATM terus berkembang.
Tapi, jangan cemas, masyarakat bisa mencegah datanya tercuri dengan menutup rapat keypad mesin ATM saat memasukkan nomor PIN.
Baca Juga:
Markas Judol di Cengkareng Digerebek Polisi, 8 Orang Ditangkap
"Saat menekan PIN ditutup dengan tangan maka tidak akan mudah untuk menjadi korban skimming," kata Yusri dalam keterangan resmi, Ahad, 15 Mei 2022.
Ia menjelaskan, dengan menutup rapat keypad mesin ATM saat memasukkan PIN, nasabah bisa terhindar dari pencurian data walaupun di mulut mesin tempat memasukkan kartu sudah dipasang alat perekam data untuk skimming.
Adapun proses kerja skimming meliputi dua tahap yaitu perekaman data menggunakan alat yang ditempel di mulut tempat memasukkan kartu dan ada kamera di atas keypad ATM.
Baca Juga:
Bermodus Bantu di ATM, Penipu Gasak Rp117,5 Juta dari Rekening Nasabah
"Walaupun ATM bisa digandakan, sepanjang nomor PIN ATM tidak diketahui, akan sulit untuk membobol rekening," katanya.
Selain dengan menutup rapat keypad mesin ATM saat memasukkan nomor PIN, nasabah bisa mencegah terkena skimming dengan menggunakan transaksi lewat aplikasi mobile bangking. Dengan begitu, nasabah tidak perlu ke ATM untuk bertransaksi.
OJK, kata Yusri, juga terus mengingatkan pihak perbankan segera melakukan pergantian kartu ATM nasabah dari magnetik ke chip.
Lebih jauh Yusri menjelaskan, skiming merupakan salah satu kejahatan perbankan yang kerap terjadi. Skimming tidak hanya terjadi di bank pelat merah, tapi juga bank swasta. "Pelakunya biasanya WNA, bukan dari Indonesia, yang merupakan komplotan," ucapnya.
Kasus terkait skimming yang belakangan ramai berasal dari Bank Nagari. Direktur Utama Bank Nagari Muhammad Irsyad menyebutkan sebanyak 141 nasabah bank itu menjadi korban skimming dengan kerugian Rp 1,5 miliar.
Terjadinya skimming itu diketahui bermula dari laporan nasabah pada 5 Mei 2022 bahwa rekening mereka dibobol. Laporan itu langsung ditindaklanjuti pihak bank dengan menonaktifkan transaksi seluruh nasabah yang masih memakai kartu ATM magnetik.
Dari penelusuran CCTV, pihaknya menduga pelaku skimming adalah WNA, dan foto pelaku sudah dilaporkan ke pihak berwajib dengan harapan pelaku segera ditangkap. Modus skimming yang dilakukan dengan meletakkan alat pembaca data nasabah yang disebut skimmer di tempat memasukkan kartu, serta dilengkapi satu kamera pengintai kecil pada tempat menekan PIN.
Dari penelusuran diketahui pelaku skimming juga melakukan penggandaan kartu dan menarik dana korban di luar Sumatera Barat yakni di Bali, Purwakarta, dan Surabaya. "Transaksi tidak dilakukan di Sumbar tapi dari data yang kami lihat, transaksi ditransfer ke salah satu perusahaan Bitcoin di Indonesia," ujarnya. [qnt]