WahanaNews.co, Jakarta - Penggunaan teknologi AI mengklaim dapat membantu pesawat menghindari contrails yang menyebabkan perubahan iklim bumi, tetapi para aktivis mengungkap sanggahannya.
Contrails bisa dipangkas sebesar 54 persen dalam eksperimen AI ini, tetapi tidak disarankan untuk melazimkan penerbangan jadi lebih masif.
Baca Juga:
Biaya Pengobatan Penyakit Pernapasan Akibat Polusi Udara Mencapai Triliunan Rupiah untuk BPJS
Mengutip dari Euro News, Kamis, 17 Agustus 2023, teknologi AI digunakan untuk membantu mengurangi dampak iklim dari contrails yaitu polusi yang ditinggalkan pesawat.
Contrails atau jejak kondensasi dapat menjebak panas di atmosfer dan bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga dampak pemanasan global penerbangan, menurut Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) 2022.
Menggunakan prediksi berbasis AI berdasarkan citra satelit, cuaca, dan data jalur penerbangan, Google mengidentifikasi rute yang menghindari kondisi atmosfer yang diperlukan untuk membuat polusi ini. Dalam serangkaian uji terbang, pilot mampu mengurangi contrails hingga 54 persen.
Baca Juga:
Tekan Polusi Udara, PLN UID Jakarta Raya dan Sudin Lingkungan Hidup Jakpus Gelar Uji Emisi Kendaraan Operasional
Eksperimen yang dipimpin oleh Google Research, American Airlines, dan Breakthrough Energy Bill Gates, telah dipuji karena potensinya untuk mengurangi dampak iklim dari penerbangan. Tetapi juru kampanye iklim telah memperingatkan agar tidak menggunakan terobosan teknologi sebagai alasan untuk terbang lebih banyak.
Bagaimana contrail terbentuk? Contrails dibuat ketika kristal es terbentuk di sekitar partikel kecil karbon yang dipancarkan oleh mesin pesawat.
Mereka terbentuk ketika pesawat terbang melalui lapisan kelembaban dan dapat bertahan antara beberapa menit dan 18 jam, tergantung pada kondisi atmosfer.