"Tapi beda dengan Sumatera yang dekat dengan Laut Cina Selatan, termasuk Kalimantan juga yang kondisinya malah banyak banget hujan di sana karena awan juga sedang marak terbentuk di sana. Ini beda. Karena memang, saya melihat begini, ini adalah fakta ekstrem yang juga harus kita waspadai," ujar dia.
Erma menjelaskan bahwa fenomena ekstrem saat ini adalah sebagian wilayah di Indonesia yang terletak di utara ekuator mengalami hujan ekstrem atau terus menerus. Di sisi lain, wilayah yang berada di selatan ekuator menghadapi kekeringan ekstrem.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
"Jika kita melihat ke selatan ekuator, situasinya sebaliknya, yaitu kekeringan yang berlangsung terus menerus. Di utara ekuator, curah hujan terus menerus," sebutnya.
Jadi, lanjutnya, kondisi basah dan kering yang sangat dekat ini adalah sesuatu yang jarang terjadi, dan fenomena ini disebut sebagai 'front', yang berarti ada perbedaan yang sangat signifikan dalam jumlah uap air antara wilayah di utara yang lembap dan wilayah di Pulau Jawa yang kering.
"Ini adalah situasi ekstrem yang seharusnya tidak biasa, seharusnya perubahan tersebut harus berlangsung secara bertahap," jelasnya.
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
Erma juga mengatakan bahwa fenomena ini dapat terjadi karena dampak dari perubahan iklim.
"Apa yang sedang terjadi ini adalah hasil dari apa? Ini adalah dampak dari perubahan iklim. Faktanya adalah terdapat garis demarkasi yang disebut sebagai garis ekuator, di mana di utara garis ekuator, hujan deras terjadi karena tingkat kelembapan yang sangat tinggi," paparnya.
Namun, ketika memasuki wilayah laut Jawa, kondisinya sangat kering, terutama karena suhu permukaan laut di selatan Jawa sangat rendah dan meluas.