Aplikasi yang berisi malware berbahaya biasanya masuk dalam kategori populer seperti wallpaper, kecantikan, editor foto, komunikasi, fotografi, dan tools seperti aplikasi antivirus dan cleaner palsu.
Microsoft mengatakan aplikasi-aplikasi ini biasanya meminta izin akses yang tidak sesuai dengan fungsinya, misalnya aplikasi kamera atau wallpaper meminta izin untuk mengakses SMS atau notifikasi.
Baca Juga:
Bisa Kuras Rekening, Pengguna Gmail Wajib Waspada jika Dapat Link Ini
Permintaan izin akses yang aneh itu juga merupakan salah satu tanda bahwa aplikasi yang diunduh mungkin berbahaya.
Beberapa tanda lainnya yang harus diperhatikan saat menginstal aplikasi adalah aplikasi memiliki ikon atau antarmuka yang sama dengan aplikasi lain, profil developer yang terlihat palsu, dan deretan review jelek yang diterima aplikasi.
Ponsel Android yang sudah terinfeksi malware juga biasanya akan memperlihatkan beberapa gejala seperti baterai yang lebih boros, masalah konektivitas, overheating, dan performa ponsel jadi lebih lambat daripada biasanya, seperti dikutip dari Mashable, Senin (4/7/2022).
Baca Juga:
Incar Isi Rekening, Link Berbahaya di Gmail Kini Bisa Menyamar
Microsoft memperingatkan pengguna Android agar hanya menginstal aplikasi dari Google Play Store dan sebisa mungkin tidak mengunduh aplikasi dari sumber pihak ketiga yang tidak jelas.
Laporan Microsoft menunjukkan bahwa malware penipuan pulsa mencakup 34,8% dari total aplikasi berpotensi berbahaya yang diinstal dari Google Play Store pada Q1 2022, kedua setelah spyware.
Menurut laporan transparansi Google, sebagian besar instalasi aplikasi berbahaya berasal dari India, Rusia, Meksiko, Indonesia, dan Turki. [qnt]