WahanaNews.co | Eskalasi Pilkada Kota
Solok, Sumatera Barat, menyajikan beragam cerita. Tidak hanya persaingan empat
pasangan kandidat untuk simpati masyarakat. Tapi, majunya dua anggota DPRD Kota
Solok, Yutris Can dan Ramadhani Kirana Putra, di kontestasi, membuat komposisi
legislatif Kota Solok ikut berubah.
Yutris Can digantikan oleh Hj Nurnisma, sedangkan Ramadhani digantikan
oleh Andi Marianto.
Baca Juga:
Kenang Ryanto Ulil, Brigjen TNI Elphis Rudy: Saya yang Antar Dia Jadi Polisi, Kini Antar ke Peristirahatan Terakhir
Bagi Hj Nurnisma, ini merupakan kali ketiga dirinya duduk di DPRD Kota
Solok, yakni pada periode 2009-2014 dari Partai Hanura dan periode 2014-2019
dari Partai Golkar.
Sementara, bagi Andi Marianto, hal ini merupakan kali pertama dirinya
duduk di legislatif dari pencalegan pertama dirinya di 2019 lalu. Siapa Andi
Marianto?
Badannya
kurus, tapi tatapannya tajam. Rambutnya lurus dan tersisir rapi. Gaya
berpakaiannya sungguh elegan, meski yang dipakainya sederhana dan casual. Kesan
pertama yang didapat, penampilannya layaknya eksekutif muda.
Baca Juga:
Aksi AKP Dadang Guncang Solok Selatan, Hujani Rumah Dinas Kapolres dengan Tembakan
Kata-kata
yang meluncur dari mulut tertata rapi. Alis matanya seringkali terangkat,
karena dirinya begitu fokus mendengarkan lawan bicara.
Seringkali,
ekspresinya datar. Jarang meledakkan tawa, namun lebih sering melemparkan
senyum lebar.
Pola
komunikasi dengan lawan bicaranya ibarat antrian. Jarang memotong lawan bicara.
Sebaliknya, kata-katanya penuh dengan intonasi dan to the point.
Andi
Marianto lahir pada 8 Maret 1977 di Piai, Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan
Lubuk Sikarah, Kota Solok.
Anak
dari pasangan Maharni Dt Rangkayo Batuah, seorang masinis, dan ibu Hj.
Darnelis, seorang petani.
Cerita
saat Andi Marianto lahir, cukup unik. Meski berada di Kota Solok yang saat itu
sudah mekar sekira 6,5 tahun, Andi lahir dengan bantuan dukun kampung, yang
tali pusarnya diputus dari ari-ari menggunakan sembilu.
Kondisi
keluarganya saat dia lahir, sangat sederhana. Di rumah bertonggak bambu,
berlantai pelupuh dan berdinding papan.
Masa
kanak-kanak dan remaja ditempuh Andi dengan sangat "normal". Seperti
anak-anak seumurannya, Andi menjalani kesehariannya dengan perasaan yang sangat
gembira.
Sejak
dari SD Inpres Sawah Piai (Kini SDN 09 Tanah Garam) pada 1983, SMPN 4 Kota
Solok tahun 1989, hingga SMAN 1 Solok pada 1992, dan kuliah di Jurusan Teknik
Sipil Universitas Bung Hatta (UBH).
Pandai
berkawan dan pintar bergaul dengan siapa saja, menjadi "bakat" dan
kelebihan yang sudah dimilikinya sejak kecil, hingga kini.
Hal itu
mengantarkannya menjadi sosok yang banyak teman. Sangat jarang, rumahnya sepi
dari teman-temannya. Selalu saja ada yang datang bertamu.
Bahkan,
hingga saat dirinya kini menjadi suami dari Irena Harvianti dan ayah dari tiga
orang anak. Yakni Auriel Gezzia Irdi (lahir tanggal 6 Juni 2007), Ibrahim
Guarddien (lahir 5 Februari 2010), dan Omar Arroya (lahir pada 22 Oktober
2013).
Andi
Marianto tumbuh menjadi pribadi yang lebih mementingkan hubungan berkawan dan
silaturahmi dibandingkan dengan nilai-nilai materi.
Hal itu
membuat dirinya sering menjadi tempat mengadu dan mencarikan solusi bagi siapa
saja. Baginya, bisa membantu orang lain, adalah sebuah kepuasan tersendiri.
"Perlu
kita pahami, kemampuan dan rezeki yang kita miliki adalah amanah atau titipan.
Seringkali, hal itu cuma numpang lewat pada kita. Tapi, nilainya adalah saat
kita mau dan bisa menjadi pribadi yang berguna, dengan jalan membantu yang
lain," ujarnya.
Disiplin
ilmu Teknik Sipil yang dimilikinya, dimanfaatkan benar untuk menggeluti bidang
kerjanya di bidang konstruksi di Kota Solok dan daerah lain di Sumbar.
Bahkan,
Andi juga memiliki workshop untuk menunjang pekerjaan konstruksi. Seperti untuk
pengelasan, pembuatan teralis, pagar, serta komponen-komponen penunjang
konstruksi lainnya.
Perkenalan
dengan Politik
Berkawan
dengan banyak orang yang memiliki berbagai latar belakang, membuat Andi mulai
bersentuhan dengan dunia politik. Meski, tidak ada satupun keluarganya yang
terjun di politik.
Momentum
tersebut terjadi pada sekira tahun 2004-2005, saat Kota Solok dan sejumlah
daerah di Sumbar melaksanakan Pilkada langsung pertama kalinya pada 2005.
Banyak, di antara kawan-kawannya yang ikut dalam berbagai tim pemenangan.
Jiwa
teknik yang dimilikinya, membuat Andi memahami politik dengan caranya sendiri.
Baginya, politik adalah cara, jalan, alternatif, untuk mendatangkan solusi
terhadap permasalahan di masyarakat. Artinya, politik adalah jalan untuk
penyelesaian masalah masyarakat banyak.
Menurutnya,
segala persoalan akan mudah diselesaikan jika persoalan itu diurai menurut
klasifikasinya masing-masing. Kemudian, diselesaikan oleh pihak-pihak yang
tepat.
Memilih Partai
Golkar
Andi
Marianto bergabung dengan DPD Partai Golkar Kota Solok pada tahun 2005.
Pilihannya bergabung dengan partai berlambang beringin itu, didasari dari
sejumlah pertimbangan. Terutama melihat hubungan para politisi senior Partai
Golkar dengan masyarakat yang terbina dengan baik.
Menurut
pandangan Andi Marianto, dirinya melihat tidak ada jarak antara politisi Partai
Golkar dengan masyarakat.
Menurutnya,
sejak dulu, kader-kader Partai Golkar senantiasa berada dan turun langsung ke
masyarakat, menghimpun pemikiran masyarakat, dan mengedepankan aspirasi rakyat
di akar rumput.
Saat
bergabung ke Partai Golkar pada 2005, Andi Marianto langsung diamanahkan
sebagai Wakil Sekretaris Bidang Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Sesuai dengan bidangnya di bidang perekonomian.
Kini, di
struktur DPD Golkar Kota Solok, Andi menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang
Ideologi dan Kebijakan publik.
Meski
telah bergabung dengan Partai Golkar sejak 2005, Andi baru pertama kali mencaleg
pada Pileg 2019.
Hal itu
dipilihnya selain untuk tekun di usahanya, juga pertimbangan proses kaderisasi
di Partai Golkar yang disebutnya tertata dengan cukup baik. Kemudian
pertimbangan senioritas, pengkaderan, etika organisasi.
Mencaleg di
Lubuk Sikarah
Pilihan
Andi Marianto mencaleg di Dapil Lubuk Sikarah Kota Solok pada Pileg 2019,
terbilang sangat berat.
Pasalnya,
pada periode 2014-2019, ada tiga incumbent
dari Partai Golkar yang kembali maju. Yakni, Ketua DPD Partai Golkar Kota Solok
yang juga Ketua DPRD Kota Solok dua periode, Yutris Can. Kemudian, peraih suara terbanyak di Dapil
Lubuk Sikarah, Ramadhani Kirana Putra, dan Hj Nurnisma yang sudah dua periode
di DPRD Kota Solok.
Tentu
saja, secara hitung-hitungan, nama Andi Marianto berada di bawah ketiga Caleg
tersebut.
"Jika
melihat susunan kandidat, memang berat. Tapi bukan itu yang membuat saya tetap
maju. Yakni bagaimana menguatkan partai. Sebab, di Partai Golkar, kami selalu
diajarkan tentang kebersamaan dan persaudaraan. Artinya, suara dan pilihan
masyarakat adalah ke partai. Jadi kita kita tidak duduk, kita tetap bisa
menitipkan aspirasi dan solusi kepada wakil yang duduk," ujarnya.
Dilantik Menjadi
PAW
Hasil
Pileg 17 April 2020, menempatkan Partai Golkar meraih suara terbanyak di Dapil
Lubuk Sikarah dengan raihan 3.633 suara.
Dari 11
Caleg Partai Golkar, Ramadhani Kirana Putra menjadi peraih suara terbanyak
dengan 1.231 suara.
Kemudian
Yutris Can dengan 819 suara, Nurnisma dengan 663 suara, Andi Marianto dengan
466 suara.
Dengan
metode penghitungan kursi menggunakan sistem Saint League, atau dikenal dengan pembagian 1, 3, 5, 7, 9, dan seterusnya, Partai Golkar mendapatkan 2 kursi di Dapil Lubuk
Sikarah.
Artinya,
hanya Ramadhani dan Yutris Can yang duduk di DPRD Kota Solok periode 2019-2024.
Namun, kontestasi Pilkada Kota Solok 2020 memberi pengaruh
besar terhadap komposisi Anggota DPRD Kota Solok.
Dua
Anggota DPRD, Yutris Can dan Ramadhani maju di kontestasi Pilkada 2020. Yutris
Can menggandeng Irman Yefri Adang dan maju dengan kendaraan Partai Golkar dan
Partai Demokrat. Ramadhani Kirana Putra dalam eskalasi, maju mendampingi
Walikota Incumbent Zul Elfian, dengan
kendaraan Partai NasDem, PKS dan PAN.
Alhasil,
terdapat dua kursi Partai Golkar yang lowong, karena dalam aturannya, Anggota
DPRD yang maju di Pilkada, harus mengundurkan diri.
Nama
Nurnisma dan Andi Marianto langsung dipersiapkan DPD Partai Golkar Kota Solok
mengisi kekosongan dengan mekanisme pergantian antar waktu (PAW).
Proses
dan mekanisme tersebut berlangsung sangat cepat, hingga keduanya dilantik pada
10 November 2020 lalu.
"Mungkin
dari sisi subyektivitas, konstelasi Pilkada membuat saya dan Bu Hajjah
(Nurnisma) mendapatkan keuntungan, yakni dilantik menjadi Anggota DPRD. Namun, sebenarnya bukan itu.
Suara yang didapatkan adalah suara partai dan kursi yang didapatkan juga kursi
partai. Bahkan, sebenarnya saya sangat menyayangkan majunya Ramadhani, karena
kurang menguntungkan dari sisi kepartaian. Tapi inilah konstelasi dan garis
takdir yang harus diajalani. Sesederhana itu," ujarnya.
Dilantik
menjadi Anggota DPRD Kota Solok, ternyata tidak membuat keseharian Andi
Marianto berubah.
Dirinya
mengaku, saat disumpah dalam pelantikan dirinya merasa memiliki tanggung jawab
yang lebih besar.
Yang
menarik, karena keluarganya tidak satupun berasal dan bersentuhan dengan partai
politik, tidak ada anggota keluarganya yang hadir saat pelantikan dirinya.
Tidak
hanya karena aturan protokol kesehatan, istri, anak, dan kedua orang tuanya
memilih mengerjakan tugas keseharian.
Sang
istri, Irena Harvianti, menggeluti usaha kuliner berupa pembuatan snack, kue,
roti, minuman, tetap memilih memenuhi pesanan pelanggan.
"Saya
sangat bersyukur memiliki istri dan orang tua yang memberikan kepercayaan penuh
kepada saya melakukan apapun. Mereka hanya berpesan kepada saya untuk bekerja
sesuai aturan. Saya ingat betul, ibu saya berujar dalam bahasa Minang: Kami ndak ngarati tu do, tapi kok karajo nan
babana-ban se dih, atau Kami tidak tahu apa itu (menjadi
Anggota DPRD), tapi kalau bekerja itu, yang betul-betul bekerjanya. Harapan dan
kepercayaan mereka tersebut, akan selalu menjadi penguat bagi saya di DPRD
nanti," ungkapnya.
Setelah
dilantik menjadi Anggota DPRD Kota Solok, Andi Marianto akan langsung
dihadapkan salah satu tugas berat, yakni pembahasan APBD Kota Solok 2020.
Untuk
hal ini, Andi Marianto menyatakan sangat bersyukur dengan pola kaderisasi di
Partai Golkar terhadap tugas dan wewenang Anggota DPRD.
Di
samping itu, Andi juga mengharapkan dukungan dari Anggota DPRD lainnya terhadap
tugas-tugas kedewanan. Serta terus belajar dan diskusi dengan Anggota Fraksi
Golkar dan Anggota DPRD lainnya.
"Alhamdulillah.
Saya tidak pernah menganggap siapapun sebagai kompetitor. Bagi saya, cara
berfikir saya sedikit berbeda. Ibarat badan, apapun posisi, tetap merupakan
kesatuan dari organ. Sekarang, saya sudah diberikan kesempatan mengemban
amanah, karena itu, saya harus bernilai. Dukungan dari seluruh elemen
masyarakat sangat saya butuhkan. Andi Marianto yang sekarang, tetaplah seperti
Andi Marianto yang dulu. Saya senantiasa mengharapkan dukungan seluruh elemen
masyarakat tanpa terkecuali," ujarnya. [dhn]