WahanaNews.co, Jakarta - Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia telah memperingatkan tentang potensi kegagalan Indonesia mencapai status negara maju pada tahun 2045. Mereka juga telah mengidentifikasi sejumlah strategi alternatif jika skenario kegagalan tersebut terjadi.
Menurut laporan White Paper yang berjudul "Dari LPEM bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat 2024-2029," Indonesia belum memenuhi kriteria yang cukup dan penting untuk mencapai status negara berpendapatan tinggi, seperti yang telah berhasil dicapai oleh negara-negara seperti China, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, dan Brazil ketika mereka pertama kali mencapai status tersebut.
Baca Juga:
Pemohon Uji Materi UU Pemilu Desak Percepatan Pelantikan Presiden Terpilih
LPEM FEB UI mencatat beberapa permasalahan ekonomi Indonesia, seperti pertumbuhan ekonomi yang stagnan, pertumbuhan kredit yang belum mencapai 15% setiap tahun, rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tidak pernah melampaui 11% dan bahkan hanya mencapai 9,9% selama satu dekade terakhir, serta kontribusi industri terhadap PDB yang terus menurun dan tingkat kemiskinan ekstrem yang persisten sebesar 1,7%.
Teguh Dartanti, Dekan FEB UI, yang menjadi salah satu penulis dalam white paper tersebut bertajuk Menavigasi Jalan Indonesia Menuju 2045: Kesetaraan dan Mobilitas Ekonomi mengatakan, dibandingkan pemerintah Indonesia, termasuk para calon presiden dan calon wakil presiden ke depan fokus pada obsesi menjadi negara berpendapatan tinggi, sebaiknya fokus mengentaskan kemiskinan, menurunkan ketimpangan dan, membangun kelas menengah yang kuat dan inovatif.
"Saya rasa ini catatan-catatan yang sangat kritis, apakah mimpi itu realistis atau bukan, atau kita perlu berfikir ulang Indonesia Emas 2045 atau Indonesia Cemas 2045," kata Teguh saat memberikan pidato kunci dalam acara peluncuran White Paper tersebut, Jumat (27/10/2023).
Baca Juga:
Mahfud MD: Saya Lebih Baik dari Prabowo-Gibran, tetapi Rakyat Lebih Percaya Mereka
Kepala LPEM Chaikal Nuryakin menambahkan, kondisi perekonomian Indonesia yang terbilang stagnan itu seperti menandakan bahwa jalan Indonesia menuju 2045 saat ini seperti tengah membentur atap kaca di mana pun melangkah. Ia pun mengingatkan pentingnya strategi cadangan untuk menavigasi perekonomian Indonesia jika gagal menjadi negara maju 2045.
"Kira-kira kalau tidak jadi negara maju apa yang harus kita lakukan?" ucap Chaikal dalam kesempatan yang sama.
Dalam white paper itu, LPEM pun menyarankan, termasuk kepada capres dan cawapres mendatang supaya menyiapkan opsi kedua jika Indonesia gagal menjadi negara maju pada 2045, yakni menyiapkan menyiapkan kelas menengah Indonesia yang merupakan pemilik porsi 40-80% dalam total penduduk Indonesia kuat secara ekonomi dan inovatif.
"Kelas menengah kita akan sangat besar, jadi harus disiapkan kelas menengah yang kuat dan inovatif. Kalaupun 2045 kita tidak menjadi negara maju, kita memiliki kelas menengah yang kuat dan produktif," ucap Chaikal.
Penguatan itu dapat dilakukan dengan cara peningkatan kesetaraan kesempatan dan akses pendidikan maupun kesehatan yang berkualitas, pekerjaan sektor formal, infrastruktur dasar, serta jaminan sosial menyeluruh. Ini menurutnya akan menjadi modal utama dan satu-satunya untuk mewujudkan mimpi Indonesia Emas.
LPEM pun mengingatkan supaya laju pertumbuhan ekonomi masa pemerintahan Presiden Joko Widodo pada periode kedua kepemimpinannya yang tidak inklusif, tidak terulang. Seperti program pemerintahannya yang terlalu fokus pada 20% kelompok terbawah, dan 10% kelompok teratas, namun melupakan kelompok kelas menengah yang porsinya 40-80% dari total penduduk.
"Ini mungkin agak pesimistis, tapi ini baik untuk mempersiapkan kelas menengah yang kuat dan inovatif. Sehingga kita bisa membuat Indonesia negara maju 20 tahun ke depan atau 2065," tegas Chaikal.
[Redaktur: Andri Frestana]