WahanaNews.co | Salah satu pendiri sekaligus deklarator Partai Demokrat, Max Sopacua, mendorong diadakannya Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat.
Namun, Max
menolak tegas jika KLB dianggap sebagai kudeta.
Baca Juga:
Pemfitnahan, Marzuki Alie Laporkan AHY ke Bareskrim
"Sebenarnya, terlalui lebay kalau kita bilang kudeta. Mungkin karena sedang kudeta di
Myanmar, kita terkontaminasi dengan apa yang sedang terjadi Myanmar," ucap Max, saat podcast dengan Hazairin
Sitepu di Graha Pena Bogor, Selasa (9/2/2021).
Menurut Max, KLB di sebuah parpol itu hal yang biasa terjadi. Berbagai parpol pernah
mengalami hal yang sama.
Menurut Max,
persoalan yang menyangkut gejolak di partai politik itu pun biasa terjadi.
Baca Juga:
SBY Yakin Jokowi Tak Tahu Ulah Moeldoko di Kasus Demokrat
"Makanya saya bilang, yang mengatakan
ini adalah kudeta, sebenarnya dia tidak mempelajari platform partai politik dan UU Partai Politik di Indonesia," cetus
Max.
Di partai politik, kata dia, selalu
ada yang puas dan tidak puas. Bagi yang tidak puas, tentu
memiliki alasannya sendiri.
Mantan Wakil Ketua Umum Partai
Demokrat ini mengaku sudah mewacanakan KLB Demokrat sejak 2019 lalu.
Saat itu, Max mendorong diadakannya
KLB, karena perolehan suara Demokrat pada Pemilu 2019 anjlok.
"Saya adalah pelaku yang pertama untuk
membuat KLB 2 tahun yang lalu. Saya melihat bahwa anjloknya Demokrat di Pemilu
2019 itu sangat memilukan gitu ya, dari 22 persen pada 2009, 2014 turun menjadi
10 persen, sekarang turun menjadi 7 persen pada 2019. Dari situ teman-teman
ingin menyelamatkan partai," ujar Max.
Kali ini, Max kembali mendorong
diadakannya KLB karena elektabilitas Partai Demokrat merosot.
Selain itu, kata Max, banyak politisi
senior Demokrat yang kecewa karena Kongres Demokrat pada Maret 2020 lalu tidak
sesuai mekanisme.
"Memilih Calon Ketua Umum dalam sebuah Kongres itu memerlukan waktu paling sedikit dua hari. Kongres
kemarin untuk mengangkat AHY sebagai Ketua Umum hanya
4 jam," kata Max.
"Bagaimana kongres besar partai
politik yang besar hanya berlangsung 4 jam? Semua dilalui begitu saja.
(Padahal) kita pengen dengar apa pertanggungjawaban dari ketua yang lama. Masalah keuangan, perjalanan partai,
masalah Pemilu dan lain-lain, perlu kita dengarkan itu," imbuhnya.
Pada setiap kongres, kata Max, selalu
ada agenda pembahasan AD/ART, tata tertib, dan lain-lain.
Namun, pada
Kongres Demokrat 2020, semua agenda itu dilewati begitu saja dan langsung
menetapkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
"Tiba-tiba saja, setelah pidato langsung makan siang, langsung aklamasi. Dari mana
kongres seperti itu," ujar Max.
Ditanya apakah semua faksi yang kecewa
dengan kepemimpinan AHY satu suara untuk mendukung Moeldoko jadi Ketua Umum Demokrat melalui KLB, Max
mengiyakan.
"Iya, yang ada itu. Kan enggak mungkin nunggu Max Sopacua,
Moeldoko-lah," tandas Max Sopacua. [dhn]