WahanaNews.co | Elang Hitam akan didukung jadi salah satu alat utama sistem senjata (alutsista) berkualitas bagi TNI AU.
Demikian kesimpulan Focus Group Discussion (FGD) terkait bidang Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA), digelar 9 Maret lalu.
Baca Juga:
Mabes TNI Kirim Prajurit Terbaiknya Ikuti Latihan Integrasi Di Australia
Dalam keterangan tertulis Staf Komunikasi dan Elektronika Mabes TNI AU, Jumat (11/3/2022), Asisten Komunikasi dan Elektronika (Askomlek) Kasau Marsda TNI Dr. Amrizal Mansur menjelaskan teknologi PTTA atau drone sudah menjadi ajang perlombaan teknologi banyak negara, baik untuk operasi perang maupun operasi selain perang.
"Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat telah diimplementasikan di berbagai peralatan militer, salah satunya adalah teknologi PTTA," ujar Amrizal Mansur saat membuka FGD Bidang PTTA TA 2022, Rabu (9/3/2022).
"BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional, red.) menaungi penelitian dan pengembangan PTTA melalui konsorsium nasional bersama PTDI dan anggota konsorsium nasional lainnya untuk pengembangan MALE Elang Hitam Kombatan sebagai Proyek Strategis Nasional dan Prioritas Riset Nasional," tulis kesimpulan FGD dari sisi penelitian dan pengembangan.
Baca Juga:
Panglima TNI Tinjau Kesiapan Puncak Peringatan HUT Ke-79 TNI di Monas
"Dan akan berkomitmen untuk mengawal Elang Hitam menjadi salah satu alutsista yang berkualitas sesuai kebutuhan TNI AU, minimal berkemampuan MALE CH-4 yg dimiliki TNI AU saat ini," tambah kesimpulan tersebut.
FGD juga mendukung pengembangan dan penggunaan nanodrone sebagai peralatan pendukung pasukan darat dalam perang kota modern yang disesuaikan dengan kebutuhan militer.
"Produk nanodrone militer saat ini masih sedikit, sehingga menjadi tantangan untuk penelitian dan pengembangan nanodrone militer," tulis kesimpulan tersebut.
Terkait aspek operasional, FGD menyimpulkan perlunya personel yang berkemampuan analis data digital untuk mengolah data mentah yang diperoleh dari data PTTA menjadi data intelijen yang bermanfaat.
Tugas menganalis ini tidak dapat dilakukan oleh operator, karena analisis data memiliki beban kerja yang tinggi dan tidak optimal jika dibebankan kepada operator yang juga sudah memiliki beban kerja yang tinggi.
Pada aspek pemeliharaan PTTA, forum menyimpulkan perlunya dukungan SDM dan fasilitas riset dari BRIN dan Perguruan Tinggi dikarenakan adanya sejumlah kendala terkait birokrasi eksternal dan internal, keterbatasan fasilitas pemeliharaan, dan kuantitas serta kualitas personel pemeliharaan.
Dalam acara pembukaan Askomlek KASAU pada kediatan FGD PTTA TA 2022 pada Rabu (9/3/2022) turut dihadiri enam narasumber diantaranya, Plt. Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi Mego Pinandito, PT Dirgantara Indonesia Bona, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB Ony Arifianto, Kol Lek Rudiyanto Kadubdis (PTTA), Kol Lek Agus Himawan (Dandepohar 20), Letkol Pnb Dion (Danskadud 52). [rin]