WahanaNews.co | Pilpres 2024 masih tiga tahun lagi, namun sejumlah lembaga survei
telah mengeluarkan hasil elektabilitas kandidat Capres 2024
yang paling berpotensi.
Dari lembaga survei yang telah
mengeluarkan hasil elektabilitas, seperti SMRC, Charta Politik,
hingga Kompas, nama Gubernur DKI, Anies Baswedan; Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo; dan Menhan, Prabowo
Subianto; selalu menduduki posisi tiga teratas.
Baca Juga:
Pemohon Uji Materi UU Pemilu Desak Percepatan Pelantikan Presiden Terpilih
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, mengatakan, dinamika ini sangat menarik.
Qodari pun mengungkapkan, ada tiga skenario peta Pilpres 2024 yang sangat mungkin terjadi,
khususnya jika Presiden Jokowi dapat kembali maju pada 2024.
"Skenario satu, Jokowi-Prabowo
berpasangan lawan kotak kosong. Tentunya ini akan terjadi apabila amandemen
masa jabatan presiden bisa tiga periode. Kalau ini terjadi, maka kemudian akan
melawan kotak kosong," kata Qodari, Sabtu (8/5/2021).
Baca Juga:
Mahfud MD: Saya Lebih Baik dari Prabowo-Gibran, tetapi Rakyat Lebih Percaya Mereka
Sementara, bagi
partai yang tidak bergabung dengan koalisi, seperti
Demokrat dan PKS, yang jumlah kursinya di parlemen
hanya 18 persen, bisa saja bergabung dengan koalisi Jokowi.
PKS dinilai sebagai partai yang
mungkin saja bergabung dengan koalisi jika melihat silaturahmi politik yang
dilakukan ke sejumlah partai pendukung pemerintah, beberapa
waktu belakangan.
"Apa mungkin PKS mendukung
Jokowi-Prabowo? Sekarang belum. Tanda-tandanya sudah ada. Pertama, ini PKS sudah keliling NasDem,
Golkar, dan catat ketemu dengan PDIP itu tanda-tanda alam yang harus dibaca.
Belum pernah PKS ketemu dengan PDIP dan tentu tidak sulit bagi PKS dukung
Jokowi-Prabowo karena PKS adalah pendukung loyal Prabowo," jelasnya.
Skenario kedua, adalah
persaingan antara Prabowo dan Anies.
Qodari menilai, peluang
skenario ini cukup besar dengan pendukung Prabowo dan popularitas Anies sebagai
Gubernur DKI.
"Saya lihat peluang ini besar, karena Prabowo tinggal tambah satu partai menengah saja sudah
pasti jadi. Dengan PKS mestinya tambah 128 [kursi]. Sekarang kan 115. Kenapa Anies? Karena Anies
survei tiga besar dan karena dia Gubernur DKI, maka popularitas Anies akan bisa
dipertahankan. Ada Covid tidak ada Covid, tentu
dia tinggi publikasi," tuturnya.
Sementara skenario ketiga adalah
persaingan antara Prabowo, Anies, dan Ganjar.
Meski, menurut
Qodari, skenario ini akan sulit terjadi.
"Lumayan sulit, karena naiknya nama Ganjar, termasuk
juga Ridwan Kamil, itu terjadi karena ada Covid-19 dengan proses vaksinasi yang berjalan. Di luar bahwa persoalan
PDIP kelihatannya belum [mendorong] kepada Ganjar," pungkasnya. [dhn]