WAHANANEWS.CO, Jakarta - Sebelum mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim diperiksa Kejaksaan Agung terkait dugaan korupsi pengadaan laptop senilai Rp9,9 triliun, riak kritik terhadap dirinya sudah menguat jauh sebelumnya.
Salah satu yang paling keras datang dari Anggota Komisi X DPR RI, Anita Jacoba Gah.
Baca Juga:
Nadiem Akhirnya Buka Suara! Laptop Rp9,9 T Disebut Upaya Selamatkan Pendidikan Saat Pandemi
Peristiwa itu terjadi dalam rapat kerja Komisi X di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (5/6/2024) silam.
Dalam momen panas tersebut, Anita meluapkan kekecewaannya secara emosional kepada Nadiem, bahkan sampai menunjuk-nunjuk dan menghentakkan meja.
“Kita semua mengetahui bahwa ada kekurangan anggaran ya Rp15 triliun. Tetapi menurut saya, mari kita koreksi diri. Kenapa ini terjadi? Jujur sama diri kita sendiri. Itu banyak anggaran yang sudah diberikan tahun 2024, apakah sudah dipergunakan dengan baik atau tidak?” kata Anita lantang dalam rapat.
Baca Juga:
Usai Periksa 2 Stafsus, Kejagung Buka Peluang Periksa Nadiem di Kasus Chromebook
Anita, yang berasal dari Partai Demokrat dan mewakili dapil Nusa Tenggara Timur II, meminta KPK turun tangan memeriksa berbagai program di Kemendikbudristek, mulai dari PIP, KIP, Dana BOS hingga tunjangan guru.
“Saya minta, kita berikan rekomendasi kepada KPK, periksa dari 2021, 2022, 2023. Nggak usah tambah anggaran kalau banyak korupsi, uang negara habis bukan untuk rakyat,” katanya lagi.
Ia juga menyoroti sejumlah proyek pendidikan yang mangkrak, guru-guru yang belum menerima tunjangan, serta guru PPPK yang belum menerima SK pengangkatan.
Bahkan, disebutnya ada 17 bangunan sekolah di Kabupaten Kupang yang belum selesai sejak 2021.
Nada bicara Anita makin meninggi ketika membahas kebijakan verifikasi program yang dinilai membingungkan. Ia menolak usulan Kemendikbud yang menyuruh DPR memverifikasi melalui dinas pendidikan.
“Kita ini lembaga tinggi negara, wakil rakyat. Kita yang menentukan anggaran di Indonesia ini,” serunya kepada Nadiem dan para pejabat kementerian.
Kemarahan Anita bukan hanya soal teknis anggaran. Ia juga menyentil pernyataan Nadiem di forum PBB yang dengan bangga menyebut adanya 400 "tim bayangan" di Kemendikbudristek.
“400 tim bayangan itu apa kebanggaannya? Apa yang mereka lakukan sampai kita harus bangga?” tanya Anita, yang menilai tim tersebut justru menjadi beban APBN.
Tak hanya satu kali, Anita juga sempat menyemprot Nadiem dalam rapat lain pada 26 September 2022. Ia menyinggung kesejahteraan guru dan menyoroti mahasiswa miskin yang tak kunjung menerima KIP Kuliah.
“Kenyataannya masih banyak masyarakat miskin anaknya tidak bisa dapat PIP. Banyak mahasiswa miskin yang saat ini menangis tidak dapat KIP Kuliah,” ujar Anita.
Nadiem kemudian menjelaskan bahwa istilah "tim bayangan" atau shadow organization yang ia sampaikan di PBB merujuk pada tim teknologi seperti product manager, software engineer, dan data scientist.
Ia mengklaim tim itu membantu mendorong inovasi birokrasi dan berada di bawah kontrak PT Telkom Indonesia, bukan langsung dengan kementerian.
Kini, ketika Nadiem dimintai keterangan oleh Kejagung terkait dugaan korupsi laptop Chromebook, ingatan publik pun kembali ke berbagai kritik tajam yang pernah ia terima selama menjabat.
Bagi banyak pihak, pertanyaan utamanya bukan hanya soal proyek laptop, tapi juga tentang efektivitas, transparansi, dan arah kebijakan pendidikan selama masa kepemimpinannya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]