WahanaNews.co | Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) menyinggung kembali perihal jumlah pengikutnya di media sosial (follower) sebagai modal politiknya.
Kang Emil, sapaan akrabnya mengaku memiliki lebih dari 30 juta follower di media sosialnya. Menurutnya, modal followers bukanlah jaminan. Namun, dapat dijadikan metode kampanye yang murah dan terukur.
Baca Juga:
Hitung Mundur Pilgubsu: Bobby-Surya Diprediksi Menang Telak
"Bukan berarti modal followers itu jaminan, bukan. Tapi saya punya sejumlah followers yang kalau mantul-mantul itu adalah cara kampanye yang murah," ujar RK, melansir CNN Indonesia, Selasa (31/1).
RK juga sempat membandingkan kampanye menggunakan sarana baliho dan unggahan di media sosial.
Ia menyebut kampanye menggunakan media sosial dapat lebih terukur tingkat interaksinya dengan publik ketimbang di baliho.
Baca Juga:
Jelang Pilgubsu 2024: Elektabilitas Bobby-Surya Unggul Jauh
"Satu baliho, satu posting, gimana ngukur baliho interaksinya? Apakah dilihat? Kalau dilihat, apakah disukai? Maaf ya. Kalau di medsos kan terukur. Yang lihat berapa? Yang suka berapa? yang mungkin tidak suka berapa?" kata dia.
Lebih lanjut, ia menilai algoritma media sosial memiliki kekuatan dan menjadi potensi yang dapat digunakan secara maksimal.
"Jadi powerfull sekali, walaupun bukan jaminan. Menurut saya, itu harta yang besar untuk dimaksimalkan," imbuhnya.
Sebelumnya, RK diberi mandat sebagai co-chair Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) setelah resmi menjadi kader Partai Golkar pada Rabu (18/1).
Ia menyanggupi tugas yang diberikan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto untuk memenangkan suara Golkar di Pemilu 2024, terutama di Jawa Barat.
"Followers saya 30 juta. Itu saja sudah jadi modal," jelas RK kepada wartawan di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Rabu (18/1).
"Saya posting sehari sekali atau dua hari sekali tentang Golkar, ada lah yang nyangkut-nyangkut, kan. Karena saya pasti menarasikannya dengan cara-cara yang lebih cerdas dan lebih persuasif, ya," tambahnya.
Selain itu, RK juga menyatakan dirinya mengikuti segala keputusan Airlangga terkait tugas dan wewenangnya di partai barunya itu. Hal itu termasuk menggaungkan narasi Airlangga sebagai capres yang diusung dari Partai Golkar. [rna]