WahanaNews.co | Ledakan bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astana Anyar, Kota Bandung, Rabu (7/12) pagi, membuat gawai Asep Rusdiana tak berhenti berdering.
Sejumlah panggilan via telepon itu guna mengonfirmasi pemberitaan yang beredar bahwa pelaku bom bunuh diri bernama Agus Sujatno beralamat tinggal di lingkungan Rukun Tetangga (RT) yang Asep pimpin.
Baca Juga:
Terduga Teroris yang Pernah Rencana Aksi di Singapura Ditangkap Densus 88
Jarak RT tersebut dari Polsek Astana Anyar sekitar 30 menit dengan perjalanan kendaraan roda empat. Asep heran. Selama 22 tahun tinggal di lingkungan tersebut, ia sama sekali tidak mengetahui Agus Sujatno.
"Semenjak saya tinggal di sini tahun 2000 sampai hari ini, saya belum pernah bertemu. Kabarnya pun dia enggak ada kabar," ujar Asep saat ditemui di kediamannya, Rabu (7/12) malam.
Sejak 2021 ketika Agus bebas dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan terkait kasus terorisme, Asep menuturkan banyak tetangga sekitar mengaku tak pernah melihat keberadaan Agus di rumah keluarganya.
Baca Juga:
Ledakan Bom di Rumah Cagub Aceh Bustami, Polisi Periksa 4 Saksi
Menurutnya, warga tiba-tiba jadi tahu Agus usai ledakan bom di Polsek Angsana Anyar.
Sebagai informasi, Agus pernah ditangkap oleh Densus 88 Antiteror Polri terkait kasus bom panci di Taman Pendawa, Kelurahan Arjuna, Cicendo, Bandung, pada 2017 lalu.
Agus diproses hukum dan divonis empat tahun penjara. Ia ditahan di Lapas Kelas II A Pasir Putih Nusambangan dan akhirnya bebas pada Maret 2021 lalu.
"Sejak dia bebas tetangga pun enggak ada yang tahu, saya juga enggak tahu," kata Asep.
"Saya setiap hari ketemu loh sama warga siapa aja, selama ini kan cuma dua orang itu; ibunya sama adiknya [Agus] serta kakeknya," imbuhnya.
Asep mengatakan lingkungan RT menyikapi peristiwa tersebut dengan bijak. Ia menegaskan para warga di lingkungannya sangat guyub.
Menurutnya, banyak kegiatan yang membuat warga bisa mengenal satu sama lain sebagai bentuk antisipasi dini terhadap tindak pidana terorisme. Seperti pengajian hingga kerja bakti.
Asep juga menyinggung soal pendataan kependudukan yang selalu dilakukan setiap bulan.
"Sebetulnya kalau di sini guyub sih. Kalau kegiatan di RT sini, kompaklah," ujarnya.
Dicoret dari KK
Asep yang baru menjabat sebagai Ketua RT selama satu tahun ini mengungkapkan Agus sempat ingin dicoret dari Kartu Keluarga (KK) oleh keluarganya.
Permintaan secara lisan itu disampaikan pihak keluarga Agus pada awal tahun lalu.
"Ibunya bilang coret aja ke istri saya, kebetulan istri saya kader [PKK/Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga] juga di sini. Di KK-nya dicoret, cuma semua orang tahu sih memang enggak ada orang ini [Agus] di sini kan," tutur Asep.
"Itu KK juga tahun 2015, data yang saya punya tahun 2015 belum ada pembaruan. Ketika ditanya, dicoret aja, tetapi ternyata di Dukcapil masih di sini. Padahal kan orangnya sudah enggak ada," sambungnya.
Menurut pengetahuan Asep, pihak keluarga tidak mengetahui bahwa Agus telah menikah dan tinggal di Sukoharjo, Jawa Tengah. Bahkan, kabar Agus disebut baru diketahui setelah ledakan bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar.
"Jadi, selama ini memang lost kontak," ujarnya.
Bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar turut menewaskan seorang anggota Polri atas nama Aiptu Sofyan, dan membuat 11 orang lainnya luka-luka. Seorang warga sipil turut menjadi korban dalam ledakan itu.
Agus yang menjadi pelaku tewas di tempat dengan lubang di bagian punggung akibat efek ledakan.
Agus merupakan mantan narapidana kasus terorisme yang baru bebas pada Maret 2021. Ia sebelumnya dipenjara karena menjadi perakit bom Cicendo pada awal 2017.
Kapolsek Astana Anyar Kompol Fajar Hari Kuncoro dipastikan selamat dari bom bunuh diri tersebut lantaran sedang berada di Polrestabes Kota Bandung untuk mengamankan aksi unjuk rasa.
Sementara itu, pelayanan masyarakat di Polsek Astana Anyar untuk sementara dipindahkan ke Polrestabes Kota Bandung. [rds]