WahanaNews.co | Komandan Korem (Danrem) 172/Praja Wira Yakti, Brigjen TNI Izak Pangemanan, mengatakan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) ambil peran dalam penyerangan nakes dan pembakaran sejumlah fasilitas di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pengunungan Bintang, Papua.
Izak menegaskan bahwa KNPB diduga membantu KKB membuat kekacauan.
Baca Juga:
Kapolri Apresiasi Anggota Brimob yang Berhasil Bebaskan Pilot Susi Air Korban Penyanderaan KKB
"Penyerangan kemarin itu dilakukan oleh KNPB yang dibackup oleh KKB," kata Izak kepada wartawan di Jayapura, Jumat (17/9/2021).
Izak mengatakan pihaknya saat ini sedang mengejar para pelaku. Menurutnya, TNI dan Polri telah menambah pasukan untuk menangkap para pelaku.
"Apa yang dilakukan kelompok KST itu tidak manusiawi. Sangat biadab," ucapnya.
Baca Juga:
Tokoh Agama Papua Apresiasi Keberhasilan Ops Damai Cartenz-2024 dalam Menciptakan Kedamaian dan Keamanan Papua
"Para nakes itu rela meninggalkan keluarganya hanya melakukan tugasnya yang mulia, yaitu melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar. Kenapa nakes jadi sasaran. Kenapa tidak berperang dengan TNI-Polri," tambahnya.
Dia menyebut keterlibatan KNPB dalam aksi biadab itu akibat dari penangkapan Ketua KNPB Pegunungan Bintang berinisial YO dan Ketua KNPB Distrik Kiwirok berinisial KO di Batom. Mereka disebut membawa 5 pucuk senjata dari Papua Nugini.
Menurut Izak, TNI-Polri siap berperang dengan para KKB yang dicap teroris oleh negara. "Kami sudah siap kalau mau berperang, kami sangat siap, tetapi jangan melukai masyarakat yang tidak tau apa-apa," tegasnya.
Hari ini, dilakukan evakuasi terhadap korban kekejaman KKB di Kiwirok, Distrik Pegunungan Bintang, Papua. Adapun korban yang dievakuasi untuk pertama kali adalah Dokter Restu Pamanggi, Marselinus Ola Attanila, Manuel Abi, Martinus Deni Satya, Lukas Luji Patra, Siti Khodijah, Katriyanti Tandila, Kristina Sampe Tonapa, dan Prada Ansyar dari Yonif 403 yang terluka saat kontak dengan KKB.
Direncanakan pada sorti kedua akan dilakukan evakuasi terhadap jenazah nakes Gabriella Meilani dan beberapa pengungsi yang saat ini berada di Pos Pamtas Kiwirok.
Kronologi Pelecehan Nakes oleh KKB
Aksi biadab anggota teroris KKB ini diungkapkan oleh seorang nakes yang berhasil selamat, Marselinus Ola Attanila. Dia bersama 8 nakes lainnya telah tiba di Jayapura pada Jumat (17/9/2021) pagi usai dievakuasi menggunakan helikopter TNI.
"Kami tidak pernah terpikir kalau akan terjadi penyerangan terhadap kami (nakes) sehingga kami diam tenang," ujar Marselinus mengawali kisahnya, saat ditemui wartawan di Lapangan Makodam XVII Cenderawasih, Jayapura.
Semua bermula pada Senin (13/9), dimana pada pukul 07.00 WIT para nakes yang tengah bertugas di Puskesmas Kiwirok mendapat informasi dari masyarakat bahwa teroris KKB akan menyerang TNI-Polri. Saat itu para nakes diminta tetap tenang dan bersiaga untuk langsung memberi perawatan korban luka dari penyerangan itu.
Pada pukul 09.00 WIT baku tembak antara TNI-Polri dengan teroris KKB mulai terjadi, sementara para nakes tetap bersiaga di puskesmas.
"Jadi kami nakes tidak berpikir takut karena sudah ada pernyataan KKB untuk membantu mereka kalau ada yang terluka saat terjadi kontak tembak dengan TNI," ungkap Marselinus.
Tapi, pernyataan teroris KKB yang sebelumnya menjamin keamanan nakes ternyata hanya bohong belaka. Pada sekitar pukul 09.05 WIT anggota teroris KKB langsung menyerang puskesmas. Kaca-kaca dipecahkan dan langsung disiram bensin lalu dibakar.
"Pada pukul 9.10 WIT mereka semakin brutal, mereka masuk ke dalam barak dokter dan menyerang petugas, sehingga para nakes memilih keluar dari barak dokter secara kocar-kacir," ungkap Marselinus.
Melihat para nakes melarikan diri dari puskesmas yang terbakar, anggota teroris KKB langsung mengejar mereka.
"(Nakes) Lukas bersama Suster Siti, Dokter Geral lari kearah Mado lalu dihadang teroris KKB dan dipukuli dengan balok kemudian digiring ke jurang dan ditendang jatuh ke jurang," imbuhnya.
Sementara itu, Marselinus bersama 3 rekan wanitanya yang juga nakes berlari dari puskesmas menuju rumah warga. Namun teroris KKB yang memegang senjata semakin dekat dengan mereka.
"Akhirnya kami lari ke belakang rumah (warga), tetapi terdapat jurang yang cukup terjal dengan kedalaman 500 meter, saya mengajak ketiga suster untuk melompat ke jurang dan saya lebih dulu melompat, kemudian di susul 3 suster," kata Marselinus.
Marselinus bersama 3 nakes wanita lainnya awalnya sudah merasa aman saat berada di dalam jurang. Namun ternyata para teroris KKB tetap mengejar mereka dengan langsung turun ke dalam jurang.
"Ternyata mereka mengejar kami ke bawah, sehingga pertama ketemu suster (inisial) A, kemudian menangkap suster (inisial) G, kemudian menangkap suster (inisial) K. Saya sendiri tidak didapat mereka karena sembunyi di antara tebing dan akar-akar," ungkapnya.
"Kemudian ketiga suster ini ditelanjangi dengan cara merobek pakaiannya dengan parang. Setelah ditelanjangi kemudian dianiaya secara tidak manusiawi. Paha mereka ditikam, muka ditonjok, dan pelecehan seksual hingga pingsan. Akhirnya ditinggalkan, karena mungkin dikira sudah mati, sehingga didorong lagi ke dalam jurang yang lebih dalam sekitar 300 meter," lanjutnya.
Seorang suster akhirnya tewas akibat penganiayaan yang dilakukan teroris KKB tersebut.
"Demikian juga dokter Geral Sukoi di dorong ke jurang dan hingga saat ini belum ditemukan. Kami berada dalam jurang selama 3 hari dan pelan-pelan kemudian naik ke atas dan ditemukan anggota TNI dan satu persatu dari Nakes bisa terselamatkan oleh TNI," pungkasnya. [dhn]