WahanaNews.co | Pelaksanaan Pemilu serentak tahun 2024 tinggal menghitung hari.
Bangsa Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi, yaitu Pemilihan Presiden-Wakil Presiden dan menggelar pemilihan umum legislatif.
Baca Juga:
Arifah Fauzi Sebut 3 Program Prioritas Kemen PPPA Butuh Sinergi Antar Kementerian dan Lembaga
Jelang pesta demokrasi pada 14 Februari 2024 mendatang, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengajak para pemilih pemula untuk menjadi pemilih cerdas dengan meningkatkan pemahaman terkait hak pilih dan menggunakan hak pilih tersebut.
“Kematangan politik sebuah bangsa memerlukan proses pembelajaran yang sangat panjang. Karena itu, proses pembelajaran tersebut perlu dimulai sejak dini sesuai dengan tahapan perkembangan dan kecerdasan anak, sehingga anak-anak tumbuh dengan perspektif positif tentang politik dan berkontribusi menciptakan kehidupan bernegara yang lebih baik, sebagai bagian dalam proses menciptakan Generasi emas 2045,” kata Menteri PPPA Bintang Puspayoga di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menteri PPPA memberikan pesan kepada Forum Anak sebagai pemilih pemula untuk menjadi warga Negara aktif yang senantiasa menjalankan perannya menjadi 2P (Pelopor dan Pelapor) pada Pemilu 2024.
Baca Juga:
Kemen PPPA Kawal Kasus Penyekapan Anak di Jakarta
Gairah anak muda sebagai pemilih pemula harus terus ditingkatkan sehingga dapat berperan sebagai 2P dengan menjadi Pemilih Cerdas dalam Pemilu 2024 dan berperan aktif turut mengawasi jalannya Pemilu.
“Sebagai pelopor, Bunda berharap anak-anak Forum Anak dan semua yang hadir di sini dapat mempelopori teman-temannya untuk menggunakan hak pilihnya dengan cerdas sebagai warga negara, dan tidak golput. Sebagai Pelapor, Forum Anak dan anak-anak muda diharapkan juga dapat membantu mengawasi jalannya Pemilu secara jujur dan adil. Perlu kalian yakini bahwa 5 menit waktu kalian memilih dibilik suara nanti akan menentukan masa depan bangsa Indonesia,” ujar Menteri PPA.
Menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU) (2023), dari 204,8 juta pemilih di tahun 2024, sebesar 25 juta adalah pemilih pemula (usia 17-25 tahun).
Namun dari sejumlah riset, antara lain yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia (2021) menunjukkan pandangan anak muda terhadap politik yang cenderung pesimis.
Menteri PPPA menuturkan hasil riset tersebut mengungkap anggapan anak muda bahwa politisi dan partai politik tidak terlalu baik dalam mewakili aspirasi masyarakat.
Hal ini dapat berpotensi untuk menurunkan gairah dan minat pemilih pemula mengikuti pesta demokrasi.
Saat ini, masih minimnya pengetahuan komprehensif remaja dan anak muda, termasuk para pemilih pemula tentang kehidupan bernegara, haknya sebagai warga negara, serta manfaat politik, demokrasi dan pemilu membuat mereka kurang tertarik dengan pemilu.
Untuk itu, perlu dilakukan upaya khusus untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi anak-anak muda dalam proses demokrasi.
Wakil Ketua FAN Periode 2023-2025, Nabiel mengajak seluruh pemilih pemula untuk menggunakan hak suaranya saat Pemilu tanggal 14 Februari mendatang.
“Sebagai seorang anak, pemilu merupakan momentum dimana kita bisa memilih pemimpin yang dapat mewakili suara kita. Oleh karena itu, kita harus dapat menghargai perbedaan pendapat, dalam pelaksanaan pemilu terdapat nilai-nilai Pancasila. Besar harapan saya untuk 2024, dapat mewujudkan pemilu yang adil dan transparan, dan pemilih pemula dapat ikut aktif dalam proses pemilu seraya menyuarakan pemilu ramah anak,” ujar Nabiel.
Sementara itu, Pengamat Politik dari Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Heroik Mutaqin mengajak para pemilih pemula untuk menjadi pemilih yang cerdas dan berdaya.
Mereka harus memiliki bekal ilmu dan pengetahuan yang cukup tentang politik, demokrasi, dan Pemilu, sehingga ketika tiba saatnya mereka memiliki hak memilih, mereka siap berpartisipasi dan menggunakan hak pilihnya dengan cerdas sesuai hati nuraninya.
“Walaupun pemilih muda, jangan mau di intimidasi oleh oknum-oknum yang terlibat dalam politik. Karakter pemilih pemula harus menjadi pemilih yang kritis, cerdas, dan berintegritas. Di indonesia menggunakan hak pilih sifatnya voluntary. Oleh karena itu, mari kita datang ke TPS, gunakan hak suara kita yang hanya 5 menit tapi untuk 5 tahun kedepan bagi Bangsa Indonesia,” tutup Heroik.
[Redaktur: Zahara Sitio]