WahanaNews.co | Ketua
Umum PAN Zulkifli Hasan bergabung dalam pertemuan bersama Jokowi dan ketum
parpol lainnya di Istana Negara pada Rabu (25/8).
Baca Juga:
Pilkada 2024 Dinilai Gagal, Jokowi Kembali Jadi Kambing Hitam
Lalu bagaimana tanggapan Partai Hanura terkait bergabungnya
PAN dalam koalisi?
Sekjen Hanura, Gede Pasek Suardika, menegaskan sulit bagi
partainya untuk menanggapi hal itu. Sebab, dari awal mereka memang tak
dilibatkan dalam pembahasan.
"Waduh sulit dikomentari karena urusan Jokowi dengan
PAN. Kami juga merasa tidak pernah dilibatkan untuk hal tersebut, sehingga
memang wajar sulit ikut mengomentari," kata Gede Pasek, Jumat (27/8).
Baca Juga:
Pegiat Medsos Minta Jokowi Jangan Muncul Selama 5 tahun
Padahal, sejauh ini Hanura merasa jadi salah satu partai
pengusung saat Pilpres 2019.
"Yang pasti sejarah kenaikan Jokowi selama dua periode
mencatat Hanura adalah partai pengusung yang konsisten dan telah melakukan
pengorbanan terbesar karena harus kehilangan banyak kursi karena di
daerah-daerah di mana Jokowi kalah, kader Hanura tetap dengan gagah memasang
baliho Jokowi dengan Caleg Hanura," ujarnya.
"Sementara di basis Jokowi juga tersedot karena tidak
mendapatkan manfaat elektoral karena tersedot ke partai asal Jokowi,"
tambahnya.
Dia kembali menegaskan jika ada parpol baru bergabung dengan
koalisi, tentu itu menjadi urusan Jokowi dan bukan menjadi urusan Hanura.
"Kita hanya memahami, walau sebagai partai pengusung
jika kemudian jebol di parlemen nasional, maka tidak akan menjadi lirikan utama
lagi," ucap Pasek.
Lebih lanjut, Pasek memastikan hal ini akan menjadi
pelajaran bagi Hanura ke depan. Mereka akan fokus lebih dahulu di parlemen
ketimbang menjadi parpol pengusung calon tertentu.
"Ke depan tentu kami akan memilih fokus lolos parlemen
dulu bukan fokus mengurus menjadi parpol pengusung. Toh juga siapa pun berkuasa
akan melirik jika ada kursi parlemen dan akan pura-pura berpaling jika
pengusungnya sudah tidak memiliki kursi," kata Pasek.
"Yang pasti yang bisa kami jawab, mungkin hanya Hanura
sebagai partai pengusung, bukan pendukung yang tidak terlalu mendapatkan
benefit elektoral saat ini. Entah untuk ke depannya nanti," tutup dia.