WahanaNews.co | Usai ditahannya pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Muhammad Rizieq Shihab (MRS), tiga
pentolan partai politik langsung menyatakan diri sebagai penjamin penangguhan
penahanannya.
Pertama adalah Sekretaris Jenderal
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Habib Aboebakar Alhabsy.
Baca Juga:
HRS Sebut ‘Negara Darurat Kebohongan’, Pengacara: Itu Dakwah
Aboe mengaku sangat menyayangkan
ditahannya Rizieq oleh Polda Metro Jaya.
Ia membandingkan dengan kerumunan
massa selama tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 yang tak satu pun diproses pidana.
"Satgas Covid-19 mencatat adanya
178.039 tidak ada satupun yang diproses pidana, bisa jadi Rizieq Shihab adalah
orang pertama yang ditahan lantaran protokol kesehatan," ujar Aboe, lewat keterangan tertulisnya, Ahad (13/12/2020).
Baca Juga:
Habib Rizieq Bebas, Ini Respon Pecinta HRS di Majalengka
Merujuk Pasal 31 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), ia mengaku siap menjadi penjamin penangguhan penahanan
Rizieq Shihab.
Meski begitu, ia tetap
menghormati proses hukum yang ada, karena pentolan FPI itu sendiri beriktikad baik dengan mendatangi Polda Metro Jaya.
Penangguhan penahanan dapat dilakukan
dengan tiga syarat. Pertama, Rizieq Shihab tidak akan mengulangi tindak pidana
yang disangkakan. Kedua, tidak menghilangkan barang bukti, dan terakhir tidak
akan melarikan diri.
"Saya siap menjadi penjamin untuk
penangguhan penahanan beliau, hal ini tentu sesuai dengan ketentuan Pasal 31
KUHP. Di mana seorang tersangka dapat diajukan penangguhan penahanan,"
ujar Aboe.
"Namun tentunya semua akan
kembali kepada penyidik, karena mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengabulkan atau tidak pengajuan penangguhan penahanan tersebut," tambah
anggota Komisi III itu.
Politikus kedua yang menyatakan diri
menjadi penjamin dari Rizieq adalah Wakil Ketua Umum Partai Gerindra,
Habiburokhman.
Dalam cicitan di akun Twitter pribadinya,
ia menyampaikan salamnya kepada Kapolri Jenderal Idham Azis, bahwa keputusannya
di luar konteks substansi perkara kerumunan dan politik apapun.
"Saya yakin Habib Rizieq tidak
akan melarikan diri dan saya menjamin penangguhan penahanan beliau," ujar
Habiburokhman.
Terakhir adalah Wakil Ketua Dewan
Pembina Partai Gerindra, Fadli Zon.
Lewat video yang diunggah di akun YouTube-nya, ia menilai HRS tidak pantas diperlakukan sewenangwenang.
Proses hukum serampangan yang dilakukan
kepolisian dinilainya mencederai keadilan.
Pelanggaran protokol kesehatan dalam
kerumunan massa di Petamburan disebutnya tak bisa menjadi dasar penyelidikan
dan penyidikan.
Permasalahan tersebut, kata Fadli,
sudah tuntas dengan pemberian denda. Namun, kepolisian sengaja menyeret HRS
ke persoalan pemidanaan yang tak adil.
"Oleh karena itu saya sebagai
anggota DPR RI bersedia untuk menjaminkan diri saya, untuk penangguhan
penahanan tehadap Habib Rizieq Shihab," ujar Fadli.
Pernyataan ketiga politikus yang
bersedia menjadi penjamin penangguhan penahanan Rizieq itu dikomentari
oleh mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM
Hendropriyono.
Meski tak eksplisit menyebut ketiga
nama tersebut, ia menyebut bahwa ditahannya Rizieq dan Abubakar Baasyir (ABB)
dimanfaatkan oleh sejumlah politikus.
"Mereka (politikus) mengambil
kesempatan ini untuk kepentingan politik pribadinya. Jangan sampai
manuver-manuver mereka yang menyesatkan itu memperbudak pikiran kalian, terutama generasi muda," ujar Hendropriyono, lewat keterangan tertulis yang diterima redaksi pada Senin (14/12/2020).
Menurutnya, jika terorisme merupakan
pohon, maka akarnya adalah radikalisme. Adapun radikalisme yang dikembangkan
oleh ABB dinilai telah didukung oleh MRS.
Ia mengutip kata KH Mustofa Bisri,
"Berhentilah mempertuhankan dirimu sendiri, dengan mengadili orang lain
sebagai berbuat ma'ruf atau munkar. Berhentilah membenci, menyakiti, atau
menghukum orang lain."
"Kalian dan tak seorang pun dari
kita pernah mendapat mandat dari Allah, tidak juga dari hukum negara atau
mandat dari rakyat Indonesia. Kalian hanya terjebak oleh para politikus, yang
menyalahgunakan keimananmu," ujar Hendropriyono.
Masyarakat pun diimbaunya untuk tidak
mendengarkan ceramah atau dakwah yang menghasut dan menyebarkan berita bohong.
Menurutnya, mereka hanya berteriak
membakar hati, seolah-olah membela pemimpin dan membela agama.
"Sejatinya mereka hanya mau
menunggangi kamu, untuk keperluan politiknya atau nafsu pribadinya," ujar
Hendropriyono. [qnt]