WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketua DPP PDIP Puan Maharani menegur para kadernya yang terlalu gigih membela Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, yang saat ini berstatus terdakwa kasus korupsi.
Puan meminta seluruh kader untuk berhenti membuat kegaduhan yang justru memperkeruh situasi internal partai.
Baca Juga:
Lantik dan Kukuhkan PUAN Kota Bekasi, Ini Pesan Ketua Umum Intan Fauzi
"Sudahi hal-hal yang hanya membuat kita terpecah belah. Sudahi hal-hal yang membuat kita terus berkutat dengan prasangka buruk," tegas Puan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (17/3/2025).
Puan menekankan bahwa bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang jauh lebih penting dibanding polemik internal partai. Ia mengajak semua pihak untuk fokus pada pembangunan bangsa dengan pola pikir positif.
"Bangsa ini perlu kita bangun bersama-sama. Tidak bisa sendirian. Jadi, siapa pun yang memiliki kontribusi dan pemikiran baik, mari kita fokus untuk membangun bangsa ini ke depan," ujarnya.
Baca Juga:
Puan Maharani Lihat Sinyal, Cepat atau Lambat Bakal Terjadi Reshuffle
Pernyataan Puan ini muncul di tengah manuver sejumlah kader PDIP yang terus menggaungkan narasi kriminalisasi terhadap Hasto Kristiyanto.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Deddy Yevri Sitorus menuduh aparat penegak hukum sebagai alat kekuasaan yang tengah membidik sembilan kader banteng.
Ia juga menyebut kasus hukum Hasto sebagai bentuk balas dendam Presiden Joko Widodo (Jokowi) setelah didepak dari PDIP.
Deddy bahkan mengklaim ada utusan yang mendatangi PDIP pada 14 Desember 2024, meminta Hasto mundur serta membatalkan pemecatan Jokowi dari partai. Pernyataan ini membuat Jokowi geram dan menantang Deddy untuk menyebutkan nama utusan yang dimaksud.
"Saya tegaskan, tidak ada itu. Kalau memang ada, harusnya disebutkan namanya biar jelas," tegas Jokowi di kediamannya di Sumber, Solo, Jumat (14/3/2025).
Jokowi menegaskan selama ini ia memilih diam meski difitnah dan dimaki, namun kesabarannya juga ada batasnya.
"Saya sudah diam loh ya, difitnah diam, dicela diam, dimaki-maki diam. Tapi saya ingatkan, semua ada batasnya," tandasnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]