"Karena itu, dia mendua sebenarnya, terima apa enggak tiga periode. Sementara
Megawati terus menganggap itu berarti kesempatan sirkulasi elit. Sirkulasi elit dalam pengertian
Megawati ya, bukan dalam pengertian demokrasi," ujar Rocky.
"Nggak boleh tertahan tuh, karena ada persiapan PDIP untuk mengajukan kadernya sebagai
pimpinan 2024," lanjutnya.
Baca Juga:
Aktivis Hukum: Jokowi 3 Periode Bisa Diwujudkan
"Jadi,
ketegangan politik sebetulnya adalah antara Jokowi dan Megawati, dua aktor
politik yang ingin mengambil keuntungan dari proses politik hari-hari
ini," ucap Rocky.
Ia juga menyebut bahwa Megawati saat ini
jengkel dengan sikap Jokowi yang tak kunjung menyampaikan pernyataan terkait
wacana presiden tiga periode.
"Jadi, saya bisa
bayangkan, Ibu Mega pasti jengkel. 'Ini
bagaimana, sudah tiga minggu, sudah berbulan-bulan, kok Pak Jokowi nggak kasih statement
tentang tiga periode itu"," katanya.
Baca Juga:
Aktivis Hukum: Amandemen UUD Bukan Sesuatu yang Haram
"Ada ketegangan internal Istana, lebih khusus lagi internal di antara dua aktor utama
politik Indonesia, yaitu Jokowi dan Megawati. Kira-kira begitu," tutur
Rocky Gerung.
Pengamat politik itu pun lantas
menganalogikan hubungan Megawati dan Jokowi saat ini seperti anak yang nakal pada ibunya.
"Jadi, itu persis seperti ada anak berupaya untuk nakal-nakal pada ibunya.
Misalnya, mau nyeberang jalan nih ya, ibunya bilang jangan, dia ngeledek
lagi, ibunya lama-lama jengkel, dipelintir. Gambarannya begitu
sebenernya," ujarnya.