WAHANANEWS.CO, Intan Jaya - Jejak kejahatan berdarah yang dilakukan Enos Tipagau, salah satu komandan kelompok separatis bersenjata OPM di Papua, akhirnya terhenti.
Pria yang dikenal sebagai dalang berbagai aksi kekerasan di Intan Jaya, Papua Tengah, tewas tertembak oleh pasukan gabungan TNI-Polri pada Sabtu (5/7/2025), sekitar pukul 07.16 WIT di Desa Baitapa.
Baca Juga:
Pembakaran 11 Rumah Warga di Distrik Mulia oleh OTK Diselidiki Polisi
Panglima Komando Operasi Habema, Mayjen TNI Lucky Avianto, menyatakan bahwa pasukan terpaksa menembak mati Enos karena ia melawan saat akan ditangkap.
"Terpaksa kita berikan tindakan tegas terukur, karena tersangka utama pelaku berbagai kejahatan kemanusiaan di Papua ini melawan bahkan menyerang prajurit TNI saat hendak diamankan dari tempat persembunyiannya," ungkapnya Sabtu malam.
Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Faizal Ramadhani menambahkan, tim sebelumnya telah melakukan penyelidikan terhadap lokasi persembunyian Enos sebelum terjadinya kontak tembak yang menewaskannya.
Baca Juga:
KKB Tembaki Pesawat yang Ditumpangi Bupati Puncak di Bandara Ilaga
Dari lokasi kejadian, petugas menyita sejumlah barang bukti, seperti satu busur, enam anak panah, dua ponsel, satu pengeras suara, satu noken, satu kalung, dan selembar bendera Bintang Kejora.
Jejak Hitam Enos Tipagau
Enos Tipagau merupakan narapidana yang pernah dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, namun melarikan diri dari Lapas Kelas IIB Nabire.
Dalam struktur OPM, ia menjabat sebagai Komandan Batalyon Kodap VIII Soanggama, salah satu kelompok separatis paling aktif dan kejam di Papua Tengah.
Mayjen Lucky Avianto mengungkap serangkaian aksi sadis yang dilakukan Enos selama memimpin kelompoknya.
Ia bukan hanya menyerang pos keamanan, tapi juga menyasar warga sipil, termasuk petani, pekerja bangunan, dan tokoh agama. Ironisnya, banyak dari korbannya merupakan Orang Asli Papua (OAP) sendiri.
Dalam sejumlah aksinya, Enos juga kerap membakar rumah-rumah warga, honai adat, sekolah, hingga puskesmas.
“Kelompok ini menggunakan strategi bumi hangus yang menciptakan trauma mendalam, khususnya bagi perempuan dan anak-anak,” jelas Lucky.
Yang lebih biadab, kelompoknya juga menjadikan remaja dan pemuda sebagai tameng hidup dalam sejumlah serangan terhadap pos TNI/Polri, khususnya di wilayah Distrik Baitapa dan Desa Mamba, Distrik Sugapa.
Tak hanya itu, mereka kerap menyandera warga sipil dan tenaga kerja proyek infrastruktur. Korban yang disiksa dan dibunuh dijadikan alat propaganda untuk menebar ketakutan.
Rekam Jejak Kejahatan Enos Tipagau:
• 15 Februari 2021 – Terlibat kontak tembak di Kampung Mamba yang menewaskan prajurit TNI, almarhum Prada Ginanjar.
• 8 Februari 2021 – Terlibat penembakan terhadap warga sipil bernama Ramli NR.
• 26 Oktober 2021 – Kembali menyerang Kampung Mamba hingga menewaskan balita Apertinus Sondegau (2 tahun), serta melukai anggota TNI dan seorang bocah 6 tahun.
• 29 Oktober 2021 – Membakar kios dan ambulans di Bandara Bilorai.
• Memerintahkan Undius Kogoya untuk menyuplai senjata dalam persiapan aksi penyerangan.
Menurut Lucky, serangkaian aksi tersebut menjadi pengingat bahwa kelompok separatis tak segan mengorbankan sesama demi agenda kekerasan.
“Ini masalah waktu saja. Dengan dukungan penuh dari rakyat, khususnya OAP, Papua akan kembali damai, sejahtera, dan tidak lagi dibayangi teror,” tegas Lucky.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]