WahanaNews.co | Partai Solidaritas Indonesia (PSI) diterpa sejumlah sentimen negatif. Berbagai sorotan miring terkait partai yang dipimpin Giring Ganesha ini bermunculan, terbaru soal keluarnya Tsamara Amany dan tudingan Jubir PSI Sigit Widodo terhadap Anies Baswedan.
Hal itu diakui Ketua Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta, Anggara Wicitra Sastroamidjojo. Ia mengatakan tidak sedikit yang mempertanyakan sikap PSI belakangan ini. Terlebih ketika banyak blunder yang dilakukan partai itu.
Baca Juga:
Cheryl Tanzil Gabung di PSI, Giring Sebut 'Energi Baru'
"Karena di luar itu, tadi saya sudah menceritakan background bahwa masyarakat juga banyak yang bertanya-tanya kenapa PSI langkah seperti ini. Kita hanya fokus pada Pak Anies, kita terlalu tendensi secara pribadi. Jadi menurut saya itu sinyalemen yang harus dijawab dan diklarifikasi oleh teman-teman DPP ya menurut saya," kata Anggara, Minggu (1/5).
Anggara mengisyaratkan tengah terjadi permasalahan dalam struktur di tubuh partai itu. Sehingga belakangan banyak komentar-komentar yang dilontarkan kader PSI bukanya membangun malahan menimbulkan kontroversi di masyarakat.
Tanda-tanda itu, kata Anggara juga dibaca oleh sejumlah pengamat politik. Dia mengakui juga bahwa memang perlu mengevaluasi menyeluruh arah kebijakan PSI selama ini.
Kritik dari sejumlah pihak mestinya bisa ditampung menjadi masukan bagi internal kepengurusan PSI.
Baca Juga:
Giring Ganesha Bantah Ada Konflik Internal di PSI
"Kalau dari substansi yang tadi saya sampaikan kan memang kita juga merasakan sudah sebaiknya kita mengevaluasi pendekatan komunikasi politik kita. Karena sering kali banyak, ya kayak hal Bro Sigit ini menurut saya kalau kita bisa lebih tidak reaktif melihat sebuah permasalahan, cari dulu data dan faktanya sebelum kita memberikan komentar," terang dia.
Sebagai bagian dari PSI, Anggara mengaku merasakan kebijakan yang diambil DPP PSI terkesan minim sosialisasi dan rembukan. Sehingga sikap yang diambil DPP pun cenderung spontan tanpa terlebih dahulu memberi arahan kepada kader-kader di daerah.
"Tapi menurut saya seharusnya walaupun saya juga bukan kader di kepengurusan, tapi kan saya bagian dari organisasi ini kan ya minimal ada sosialisasi, pemberitahuan atau diskusi untuk ya sebelum, entah itu sudah diputuskan atau tidak," katanya.
Namun begitu, Anggara memastikan pengambilan keputusan pada DPW PSI Jakarta cukup demokratis. Di mana semua elemen PSI di Jakarta turut dilibatkan.
Anggota DPRD DKI kelahiran 16 Mei 1989 itu mengatakan, sebagai partai politik PSI memang memiliki tugas untuk mengawal pemerintah dengan memberikan kritik ataupun masukkan. Namun harus objektif, bukan menyerang personal.
Dia juga menekankan bahwa setiap yang mengkritik harus pula berani untuk berlapang dada menerima kritik.
"Tapi kalau saya sih kembali kepada poin ya, kalau kita berani untuk mengkritik ya kita harus berani menerima kritik kan? Entah datangnya dari mana ya kita lihat substansinya dari kritikannya. Kalau memang ada hal-hal yang harus dibenahi ya kita benahi sama-sama gitu," katanya.
Lebih dari itu, Anggara mengharapkan ada perubahan ke arah yang lebih baik dalam tubuh partainya. Hal ini demi kembali menggaet simpati publik terhadap partai yang getol menyuarakan antikorupsi itu.
"Kalau saya sih berharap ada apa pun namanya ada langkah perbaikan karena kita parpol kan nih menurut saya ya parpol itu harus berhasil memenangkan persepsi dan simpati dari rakyatkan. Nah kalau misalnya kita berada di jalan yang banyak menimbulkan antipati ya menurut saya harus ada keputusan yang diambil," katanya. [rin]