WahanaNews.co, Jakarta, - Deddy Yevry Sitorus, seorang politikus dari PDIP, melontarkan kritik yang tajam terhadap rekannya, Budiman Sudjatmiko, yang saat ini menghadapi situasi yang sulit karena mendukung Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024.
Deddy berpendapat bahwa Budiman terlihat ingin menjadi sosok pahlawan dengan enggan mengundurkan diri sebagai anggota partai. Baginya, keputusan Budiman untuk mendukung calon presiden dari partai lain jelas memiliki konsekuensi yang serius.
Baca Juga:
Mustikaningrat Tampil Memukau, Visi Ekonomi Sumedang Sugih Jadi Sorotan Debat Pilkada
"Ia seakan-akan dengan sengaja ingin dipecat, agar terkesan heroik, seolah-olah seperti mendapat perlakuan yang tidak adil. Seolah-olah ia menjadi martir. Agar nilainya naik," ujar Deddy, mengutip CNN Indonesia, Rabu (23/8/2023).
Deddy dengan pasti menyatakan bahwa partainya akan mengambil tindakan tegas dengan memberhentikan Budiman.
Meskipun begitu, ia juga mengungkapkan bahwa pihaknya tidak ingin mudah dipengaruhi atau bereaksi berlebihan terhadap tindakan Budiman.
Baca Juga:
Sengaja Dihapus, Foto Rano Karno Bersama Terduga Kasus Judi Online Lenyap dari Instagram
Bagi Deddy, dukungan yang diberikan Budiman kepada Prabowo secara otomatis akan mengakibatkan dia dikeluarkan dari partai.
Ia mengakui bahwa partainya tidak ingin diisi oleh kader-kader yang bertindak tanpa mempertimbangkan arahan partai.
"Gimana bisa dia berkhianat sama orangtuanya terus minta tetap dapat warisan, kan gak ada ceritanya itu," kata Deddy.
Sekretaris Tim Koordinator Relawan Pemenangan Ganjar Pranowo itu mengatakan prosedur pemecatan tak lagi berlaku kepada Budiman. Menurutnya, Budiman secara otomatis kini bukan lagi kader PDIP sebab bukti-bukti dukungannya kepada Prabowo sudah jelas.
"Biarin aja dulu dia berdansa-dansa apa namanya jadi penentu lah kalau di dalam kepalanya, entah penentu apa? Dia aja nyaleg gagal," ujarnya.
Budiman kini diberikan dua opsi soal deklarasi dukungannya kepada Prabowo pada Jumat (18/8) di Semarang, Jawa Tengah. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan Budiman harus memilih, antara mundur atau menerima sanksi pemecatan.
Namun, belum diketahui kapan sanksi tersebut akan dijatuhkan.
Teranyar, Budiman mengaku masih menunggu panggilan secara resmi dari partai soal dugaan pelanggaran tersebut. Menurut dia, panggilan itu mestinya harus tetap dilakukan sebagai forum klarifikasi soal keputusannya mendukung Prabowo.
"Untuk mundur saya? Enggak ya, bagi saya kalau mundur itu seperti malah saya tidak mendapatkan penjelasan, tidak punya kesempatan untuk menjelaskan apa yang menjadi argumen saya," ucap Budiman saat dihubungi, Senin (21/8/2023).
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]