WahanaNews.co | Isu kebangkitan paham komunisme di Indonesia selalu ramai diperbincangkan setiap kali mendekati peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada tanggal 1 Oktober.
Tak terkecuali saat ini, komunisme disebut telah masuk ke tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Baca Juga:
Diajak Gabung Parpol Pelita, Gatot Nurmantyo: Saya Tidak Berpartai
Dalam berita Senin (28/9/2021), mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, menduga bahwa paham komunisme telah masuk ke tubuh TNI.
Pernyataan Gatot terlontar usai pria yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini menerima sebuah laporan.
Laporan tersebut tak lain adalah menghilangnya patung tiga tokoh penumpasan Gerakan 30 September 1965 yang didalangi Partai Komunis Indonesia (PKI), atau yang dikenal dengan istilah G30S PKI.
Baca Juga:
Ini Profil Aylawati Sarwono, yang Diduga Foto Syur Dengan Gatot Nurmantyo
Ketiga tokoh yang diabadikan dalam diorama di Museum Dharma Bhakti yang terletak di Markas Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad) adalah Jenderal Besar TNI (Purn) Soeharto, Jenderal Besar TNI (Purn) Abdul Haris Nasution, dan Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo.
Seperti yang diketahui, Soeharto dan Sarwo Edhie adalah sosok sentral penumpasan Gerakan 30 September 1965 PKI.
Sementara itu, Nasution adalah korban selamat dari penculikan dan pembunuhan para anggota PKI.
Panglima Kostrad (Pangkostrad), Letjen TNI Dudung Abdurachman, dengan tegas merespons pernyataan seniornya itu.
Dijelaskan Dudung, pengangkatan ketiga patung tokoh tersebut diinisiasi oleh Pangkostrad ke-33, Letjen TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution.
Sementara itu, Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, lebih merasa bahwa pernyataan Gatot merupakan sebuah wejangan dari senior kepada para juniornya.
Nasi sudah menjadi bubur.
Pernyataan Gatot soal masuknya paham komunisme di tubuh TNI terus bergulir bak bola panas.
Tak terkecuali Pangkostrad yang menganggap tuduhan itu adalah sesuatu yang keji, apa yang dikatakan Gatot juga dianggap mengada-ada.
Dikutip dari tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) edisi 30 September 2020, salah satu Guru Besar Universitas Pertahanan (Unhan), Prof Salim Said, memberikan penjelasannya soal isu kebangkitan PKI.
Salim, yang punya pengalaman lebih dari 20 tahun menjadi pengajar di Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara, memastikan bahwa ideologi komunis sudah bangkrut.
Sebab, komunisme dianggap gagal dan tidak bisa menjawab tantangan.
"Saya mengatakan, komunisme itu sudah bangkrut. Sebagai ideologi, dia enggak bisa menjawab tantangan," tegas Salim.
Runtuhnya negara komunis terbesar di dunia yang pernah ada, Uni Soviet (sekarang Rusia), adalah bukti kegagalan ideologi komunis.
Pun dengan Republik Rakyat China (RRC), yang pada akhirnya menjadi salah satu negara kapitalis terbesar di dunia.
Meskipun, di satu sisi, China masih menerapkan sistem komunis di pemerintahnya.
"Itu penjelasannya, kenapa Uni Soviet bubar dan kembali menjadi aslinya, Rusia. Di China itu juga komunisme tidak laku lagi. Cuma ada bedanya, Rusia itu tidak sepintar China. (Padahal) China belajar dari Rusia," kata Salim, melanjutkan.
"Dengan membubarkan Partai Komunis Uni Soviet, maka alat kontrol (Vladimir) Putin itu tidak ada. Di China, partai komunis itu dipelihara, ideologinya tidak," kata pria yang juga pernah mengajar Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo saat menempuh pendidikan di Sesko TNI. [qnt]